IBADAH YANG RUGI
IBADAH YANG RUGI
Ada seorang yang sangat rajin sekali beribadah. Hampir bertahun-tahun dia tidak pernah absen melakukan sholat dan pergi ke gereja.
Pada suatu ketika ia dikagetkan oleh keberadaan sesosok makhluk yang sedang duduk. Ia bertanya, “Wahai hamba Allah, siapakah Engkau?” Sambil tersenyum, sosok itu berkata; “Aku Malaikat utusan Allah. Ia kaget sekaligus bangga karena kedatangan tamu malaikat mulia. Dia lalu bertanya, “Apa yang sedang kamu lakukan di sini?” Malaikat itu menjawab, “Aku disuruh mencari hamba pencinta Allah.” Melihat Malaikat itu memegang kitab tebal, lalu ia bertanya; “Wahai Malaikat, buku apakah yang kau bawa?”
Malaikat menjawab; “Ini adalah kumpulan nama hamba-hamba pencinta Allah.”
Mendengar jawaban Malaikat, ia berharap dalam hati namanya ada di situ. Maka ditanyalah Malaikat itu. “Wahai Malaikat, adakah namaku di situ ?” ia berasumsi bahwa namanya ada di buku itu, mengingat amalan ibadahnya yang tidak kenal putusnya. Selalu shalat setiap waktunya, berdo’a dan memohon pd Allâh di setiap saat. “Baiklah, aku buka,” kata Malaikat sambil membuka kitab besarnya. Dan, ternyata Malaikat itu tidak menemukn namanya di dalamnya. Tidak percaya, ia meminta Malaikat mencarinya sekali lagi. “Betul … namamu tidak ada di dalam buku ini!” kata Malaikat.
Ia pun gemetar dan jatuh tersungkur di depan Malaikat. Dia menangis se-jadi-jadinya. “Rugi sekali diriku yang selalu tegak berdiri di setiap malam dalam sholat dan berdoa … tetapi namaku tidak masuk dalam golongan para hamba pecinta Allah,” ratapnya. Melihat itu, Malaikat berkata, “Wahai engkau! Bukan aku tidak tahu engkau bangun setiap malam ketika yang lain tidur dan kedinginan pada saat orang lain terlelap dalam buaian malam. Tapi tanganku dilarang Allâh menulis namamu.”
“Apakah gerangan yang menjadi penyebabnya?” tanyanya.
“Engkau memang selalu memohon kepada Allâh, tapi engkau pamerkan dengan rasa bangga kemana-mana dan asyik beribadah memikirkan diri sendiri. Di kanan kirimu ada orang sakit atau lapar, tidak engkau tengok dan beri makan. Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta Allah kalau engkau sendiri tidak pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakan Allâh ?” kata Malaikat.
Ia seperti disambar petir di siang bolong. Dia tersadar hubungan ibadah manusia tidaklah hanya kepada Allâh semata (hablumminAllâh), tetapi juga ke sesama manusia (hablumminannâs) dan alam.
Itulah makna yang terkandung dalam salib.
Ibadah kita akan percuma dan sia-sia apabila tidak diikuti dengan perbuatan dan perilaku kita dalam hidup sehari-hari. Ibadah kita akan sia-sia jikalau kita tetap melakukan hal-hal atau kebiasaan duniawi yang ternyata bertentangan dengan perintah Allah.
Seringkali kita berpikir bahwasanya beribadah dan melayani hanya sebatas pelayanan kita di gereja. Menjadi pengidung, putra Altar atau melayani sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.
Namun lebih dari itu, Yesus menginginkan kita untuk melayani mereka yang belum mengenal Kristus di luar gedung gereja.
وَبَاطِلاً يَعْبُدُونَنِي وَهُمْ يُعَلِّمُونَ تَعَالِيمَ هِيَ وَصَايَا النَّاسِ. لأَنَّكُمْ تَرَكْتُمْ وَصِيَّةَ اللَّهِ وَتَتَمَسَّكُونَ بِتَقْلِيدِ النَّاسِ: غَسْلَ الأَبَارِيقِ وَالْكُؤُوسِ وَأُمُوراً أُخَرَ كَثِيرَةً مِثْلَ هَذِهِ تَفْعَلُونَ».
Wabathilaan Ya'budunani Wahum Yu'ali'imuna Ta'aliyma Hiya Washoaya Al-Na'aasi. Lana'akum Taroktum Washiya'ata Al-La'ahi Watatamasa'akuna Bitaqliydi Al-Na'aasi: Ghosla Al-Abariyqi Walkuu'usi Waumuraan Ukharo Katsiyrotan Mitsla Hadzihi Taf'aluna».
“Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia” ( Markus 7:7-8 )
dalam ayat ini mengingatkan kita supaya kita tidak hanya melakukan perintah Allah sebatas di lingkungan gereja saja.
Namun Kristus mengingatkan, ibadah kita akan percuma dan sia-sia apabila tidak diikuti dengan perbuatan dan perilaku kita dalam hidup sehari-hari.
Ibadah kita akan sia-sia jikalau kita tetap melakukan hal-hal atau kebiasaan duniawi yang ternyata bertentangan dengan perintah Allah dan mendukakan Dia.
hidup menjadi orang kristen atau sebagai seorang Kristen yang baik selain melakukan pelayanan di gereja, juga melayani sesama kita dalam kehidupan keseharian kita.
Mari kita memancarkan kasih Kristus itu melalui perbuatan kita, sehingga setiap orang yang boleh mengenal kita, juga melihat Kristus di dalam diri kita. Mari juga menjauhi segala kebiasaan yang ternyata tidak Alkitabiah dalam hidup keseharian kita.
Amin
Komentar
Posting Komentar