KETUHANAN YESHOO MSHIKHA BUKAN MENUNJUKKAN KEILAHIANNYA
BANYAK orang berpikir SALAH ketika menyebut Moran Yeshoo Mshikha atau menyebut Tuhan Yesus Kristus, dipikirnya otomatis Tuhan Yesus Kristus adalah Pencipta segala sesuatunya, otomatis dia pikir Tuhan Yesus Kristus itu Ilahi.
Mengapa demikian? Karena banyak orang Masihiyan (Kristen) tidak dapat membedakan Ketu(h)anan dan Keilahian. Pada hal sebenarnya Ketu(h)anan Yesus Kristus justru diangkat oleh sang Pencipta atau diangkat oleh Alaha atau diangkat oleh Allah.
DIANGKAT? Ya diangkat. Yesus itu adalah seorang Anak laki-laki yg dilahirkan Maria (Matius 1: 21), dan Sang Pencipta tidak mungkin seorang Anak laki-laki
Yesus itu diangkat oleh Alaha menjadi Tuhan dan Kristus (Kisah Para Rasul 2: 36), sebab itulah setelah kebangkitanNya, Yesus Kristus mengatakan segala kuasa telah diberikan kepadaKu, baik di bumi maupun di Sorga (Matius 28: 18). Tidak mungkin Yesus Kristus yg diangkat sang Pencipta (Alaha/Allah) mjd Tuhan dan Kristus menjadi sang Pencipta yg mengangkatNya.
Jadi Yesus Kristus itu adalah seorang Anak laki-laki yg dilahirkan Maria yg diangkat dan diurapi oleh Alaha menjadi Tuhan dan Kristus sehingga lengkap Dia dipanggil Tuhan Yesus Kristus.
Dengan demikian tidak cukup kita mengimani hanya Tuhan Yesus Kristus an saja, sebab kalau hanya meyakini seperti itu berarti kita hanya meyakini seorang laki-laki Anak Maryam, dan kita tidak mungkin menyembah seorang laki-laki. KITA MENYEMBAH ALAHA TRITUNGGAL MAHA ESA: Bapa, Anak (yaitu Kalamullah/Firman Alaha) dan Roh Kudus (Roh Alaha).
INGAT bahwa dalam "nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," memang benar. Tapi sering kebenaran ayat ini dikorup seolah-olah jika pengakuan di dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan, DITUJUKAN untuk kemulian Tuhan Yesus Kristus sendiri, padahal sebenarnya ayat selanjutnya jelas dikatakan adalah untuk kemuliaan Alaha, Bapa (Filipi 2: 10 - 11).
Lha kalau begitu yg mana KetuhananNya dan yg mana KeilahianNya?
Nih.. boleh di simak, yg sebenarnya sudah beberapa kali di share..
KETUHANAN DAN KEILAHIAN YESHOO MSHIKHA
Tulisan ini telah sy edit kembali yg mana bahan dasarnya telah sy presentasikan di salah satu Lembaga Islam besar di Medan kr lebih 15 tahun yg lalu, dimana Lembaga tersebut mengundang sy sebagai satu-satunya pembicara dari Masihiyan (Kristen) di antara 2 orang pembicara Muslim.
Judul di atas diilhami oleh pengalaman penulis dalam pelayanan di mana tidak sedikit umat Masihiyan tidak mengerti tentang Ketuhanan Yeshoo Mshikha (The Lordship of Jesus Christ) sehingga menyamakannya dengan Keilahian Yeshoo Mshikha (The Divinity of Jesus Chirst). Oleh karena banyak di antara umat Kristiyane tidak memahaminya maka ketika orang non Kristiani menggugat iman Kristiani sebagaimana yang dinyatakan dalam Kisah Para Rasul pasal 2 ayat 36, maka banyak orang Kristiani kebingungan mempertanggung jawabkan imannya.
Sebab itu penulis akan mencoba menguraikan dan menjelaskannya sesuai konteks Kekristenan Oriental, khususnya Kekristenan Aramia (Kanisah Antiokhia {Gereja Antiokhia}) atau yang lebih dikenal sekarang Kanisah Orthodox Syria yang berhaluan non Calsedon atau Oriental - Kis. 11: 26, yang dialaskan dan didasarkan dalam persfektif al-Kitab sebagai Tradisi Rasuliah Tertulis (Paradosis Tertulis) yang merupakan bagian dari Tradisi Rasuliah Lisan (Paradosis Lisan yang menjadi Tradisi Kanisah). Namun sebelumnya perlu diinformasikan bahwa dalam artikel atau tulisan ini ada beberapa memakai istilah atau term yang dipakai dalam Kanisah Orthodox Syria yang memakai bahasa Aram dan khususnya bahasa Arab, yang sejak abad I, tahun 33 M, Kanisah sudah memakai bahasa Arab dalam peristiwa turunnya Roh Kudus pada Pentakosta (Kis. 2: 4 -12, khususnya ay. 8 dan 11). Ini perlu ditegaskan supaya tidak terjadi kesalah-pahaman, sebab diantara umat Kristiyane sendiri ada kelompok yang ekstrim hingga mendengar bahasa Arab saja dalam TV setiap adzan, langsung dimatikan. Bagi kelompok umat Kristiyane yang ekstrim itu bahasa Arab adalah bahasa teroris. Sebab itulah dalam tulisan ini, diperkenalkan dan dipakai bahasa dan term Arab dalam konteks Kristiyane Orthodox Oriental dan konteks al-Kitab bahasa Arab untuk menunjukkan bahwa bahasa Arab bukanlah bahasa teroris, melainkan bahasa yang suci karena Roh Kudus, yaitu RohNya Alaha sendiri berkenan menggunakannya pada abad I tahun 33 M pada peristiwa Pentakosta.
Itu yg pertama, dan yang kedua supaya tidak terjadi kesalah-pahaman, mk perlu sy beritahukan bahwa tulisan ini tidak mengatas-namakan Kristiyane manapun. Melainkan tulisan ini dipaparkan hanya pendapat saya sebagai penganut Kanisah Orthodox yg berhaluan Oriental.
DASAR MSHIKHOLOGI (KRISTOLOGI) ATAU ILMU KALAM
Dasar Mshikhologi atau Kristologi dalam Kekristiyanean Oriental yang disebut juga dengan istilah lain sebagai Ilmu Kalam, dalam surat rasul Paulus kepada jema'at di Korintus, jelas menyatakan: "wa an Laa ilaha ilallahu waahid, falana nahnu Ilahu wahidu wa huwa al-Abu lladzi minhu kullu syaiin wa ilaihi narjiu wa Rabbu wahid wa huwa Yasu al-Masih alladzi bihi kullu syaiin wa bihi nahya" - tidak ada Ilah selain Alaha yang Esa, dan bagi kita Alaha yang Esa itu adalah Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan kepadaNya kita kembali, dan satu Tuhan saja, yaitu Yeshoo Mshikha yang melaluiNya segala sesuatu diciptakan dan karena Dia kita hidup (I Kor. 8: 4, 6).
Frase dalam al-Kitabul Muqaddas (Arab); Laa ilaha ilallahu wahid, itu dalam bahasa asli Moran Yeshoo Mshikha, Aram dikatakan: Lait Alaha ella d'Alaha Sarira, yaitu Ab (Bapa), dan Rabbu wahid wa huwa Yasu al-Masih jelas menunjukkan perbedaan antara Ilah (al-Ilah) dengan Rabb. Ini berarti bahwa Alaha yang Esa, yang disebut Ab (Bapa) yang merupakan sumber segala sesuatu tersebut, adalah justru mengutus Yasu al-Masih (Yeshoo Mshikha) dan menjadikanNya sebagai Rabb (Tuhan) dalam makna penguasa (Kis. 2: 36), sehingga Yeshoo Mshikha sendiri menyatakan: KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi (Mat. 28 18; bnd. s. 3 Ali Imran 45 (1). Dan sudah tentu pemahaman inilah yang dimaksud oleh Yeshoo Mshikha sendiri dalam al-Injil: Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau satu-satunya Alaha (yaitu Bapa, pen) yang benar, dan mengenal Yeshoo Mshikha yang telah Engkau utus (Yoh. 17: 3). Jelas bila disimak bagian ke dua ayat dalam al-Kitabul Muqaddas (I Kor. 8: 4, 6 dan Yoh. 17: 3) tersebut dapat disimpulkan: Laa ilaha illalah wa al-Masih Kalamullah, yang berarti tiada Ilah selain Alaha, yaitu Ab (Bapa) dan Mshikha adalah Kalamullah atau Kalimatullah (Firman Alaha) yang melaluiNya (melalui Kalimatullah atau melalui Kalamullah itu) segala sesuatu diciptakan, dan: Laa ilaha illalah wa al-Masih Rasulullah, yang bermakna bahwa al-Masih (Mshikha) yang adalah Kalamullah itu dalam nuzulNya (turunNya) dan bertajjasud menjadi Manusia melalui perawan Maryam, maka dalam keadaanNya sebagai Manusia diutus sebagai Rasul. Tetapi walaupun demikian esensi Kenabian dan KerasulanNya tidak dapat dibandingkan dengan Nabi dan Rasul manapun, sebab semua Nabi dan Rasul, kecuali Yeshoo Mshikha tidak pernah disebut sebagai Rabb atau Tuhan dalam makna penguasa. Mungkin ada orang bertanya, kenapa Nabi dan Rasul yang lain itu tidak bisa menjadi Rabb (Penguasa), sementara Yeshoo Mshikha dapat dikatakan Rabb? Jawabannya cukup jelas dan sederhana, sebab bagaimanapun utusan Alaha itu disebut Nabi dan Rasul Alaha, tetapi tidak bisa dikatakan Rabb, sebab mereka hanya manusia ciptaan dari benih manusia yang lahir melalui seorang Ibu yang dibuahi seorang laki-laki, sementara Yeshoo Mshikha bukanlah ciptaan dari benih manusia yang dibuahi oleh seorang laki-laki, melainkan, Dia adalah Kalamullah yang nuzul dan bertajjasud menjadi Manusia melalui Sayidatina Maryam, sang perawan yang suci. Bahkan lebih dari pada Adam yang dicipta dari segumpal tanah, dan juga bahkan lebih dari Hawa yang dicipta dari bagian dari Adam yang dari tanah, sehingga Adam dan Hawa serta semua umat manusia tidak bisa diparalelkan atau tidak bisa dibandingkan dgn keberadaan Yeshoo Mshikha.
Yeshoo Mshikha bukanlah dicipta, melainkan Dia adalah Kalamullah (Firman Allah) yang Nuzul (turun) menjadi Manusia pada Lailatul Quddus (Malam Kudus). Yeshoo Mshikha yang Rasulullah itu disebut Rabb atau Tuhan dalam makna penguasa yang berkenan dalam kaitannya yang erat sebagai Mesiah yang diurapi. Sebab itulah Kristiyane atau tepatnya Kitab Suci Kristiyane sangat jelas membedakan terminologi: Alaha (God) dengan Rabb (Lord), sementara yang sering menjadi masalah dalam mengkomunikasi Kekristiyanean adalah karena banyak orang yang berbahasa Indonesia, tidak membedakan terminologi Keristiyanean Oriental atau terminologi yang dipakai dalam al-Kitab, bahkan al-Kitab bahasa Arab: Ilah-Alaha (God) dengan Rabb (Lord), pada hal dalam Keristiyanean Oriental dan al-Kitab, hal itu jelas dibedakan sebagaimana tersebut di atas. Karena itu memahami Mshikhologi atau Kristologi atau dikenal juga sebagai Ilmu Kalam dalam Kekristiyanean Oriental, khususnya Orthodox Syria, yang tentu sealur dengan al-Kitabul Muqaddas, sangatlah relevan sekarang di mana banyak di antara umat Kristiyane sudah kehilangan akar Kekristiyanean karena segala-galanya terlalu Kebarat-baratan. Kekristiyanean Oriental dan al-Kitab sangat jelas membedakan Ketuhanan Yeshoo Mshikha (The Lordship of Jesus) dengan Keilahian Yeshoo Mshikha (The Godhead atau The Divinity of Jesus), sebagaimana dapat disimak di bawah ini.
KETUHANAN YESHOO MSHIKHA (THE LORDSHIP OF JESUS CHRIST)
Salah satu keunikan Kekristiyanean yang tidak ditemui dalam agama apapun di dunia ini adalah terletak pada pribadi Yeshoo Mshikha. Keunikan pribadiNya tersebut terletak pada pribadiNya yang nampaknya kontradiksi hingga sering disalah pahami. Bagaimana tidak, Dia adalah Anak Alaha tetapi sekaligus juga menyatakan diriNya sebagai Anak Manusia. Dia mengakui diriNya sebagai Tuhan tetapi dilain waktu Dia adalah hamba Tuhan, atau yang lebih mencengangkan Dia mengakui pribadiNya sebagai Alaha tetapi sekaligus juga menyatakan diriNya sebagai Hamba Alaha. Itulah salah satu keunikan dari sekian banyak keunikanNya. Tetapi dalam konteks bahasan kita tentu saja, Ketuhanan Yeshoo Mshikha dalam Kekristiyanean Oriental tidak pernah bertujuan merampas Keilahian Bapa, tidak pernah bermaksud mengadakan Ilah selain Alaha, dan tidak pernah menyejajarkan Kemanusiaan Yeshoo Mshikha dengan Alaha. Yeshoo Mshikha sebagai Manusia dimana KemanusiaanNya itu berasal dari Sayidatina Maryam, sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Kitab (Lukas 1: 42) dan ditegaskan kembali dalam Kanun al-Iman Nicea-Konstantinopel (Pengakuan Iman Rasuli Nicea-Konstantinofel); alladzi min ajlina nahnul Basyaro wa min kholashina nazala minas samai, wa tajjasada bir Ruhul Quddusi, wa min Maryammul adzroil Batuli Walidatulillah wa shoro insanan. Yeshoo Mshikha sebagai Manusia yang dilahirkan Sayidatina Maryam, bunda Alaha (2) itulah sebagai Rasul atau Utusan yang dijadikan Alaha sebagai Rabb atau Tuhan dalam makna penguasa, sehingga Yeshoo Mshikha sendiri pernah mengatakan: Bapa lebih besar dari padaKu (Yohanes 14: 28). Ya, dari sudut Nuzulnya Dia sebagai Manusia, tentu sebagai Manusia, Bapa lebih besar dari pada Dia. Tetapi walaupun demikian dalam keberadaanNya sebagai Manusia, Dia sangat jauh lebih besar dari manusia manapun yang pernah hidup di dunia ini. Dengan kata lain Yeshoo Mshikha sebagai Manusia yang Rasul atau Utusan itu disebut Rabb atau Tuhan dalam makna penguasa, adalah karena Alaha telah melimpahkan kuasaNya di langit dan dibumi, sehingga Yeshoo Mshikha menjalankan tugas ilahiNya sebagai Mesiah (Mat. 28: 18; Kis. 2: 38; Flp. 2: 11).
Tentu saja gelar Ketuhanan Yeshoo Mshikha itu tidak muncul dengan tiba-tiba, atau juga bukan hasil perenungan yang muncul seketika oleh para Rasul dan murid-murid Moran Yeshoo Mshikha, melainkan gelar itu latar belakang (backgroundnya) dapat dilacak dalam Kitab Suci, Yahudi sendiri dalam Mazmur 110 ayat 1: Firman TUHAN (YHWH) kepada Tuanku (ADONAY): Duduklah di sebelah kananKu. Bersamaan dengan interpretasi atau tafsir Yahudi sebelum zaman Kristiyane, Adonay (Tuhan/Tuan) ini menunjuk kepada raja Mesiah, maka Rasul-rasul (tentu oleh ilham Roh Kudus) menerapkan gelar Adonay itu pada Yeshoo sebagai Mshikha/Mesiah (Mark. 12: 35-37). Umat Kristiyane mula-mula (Kanisah Perjanjian Baru, yang lebih terkenal sekarang sebagai Kanisah Orthodox, khususnya Kanisah Orthodox Syria; non Calsedon atau Oriental - untuk mengatakan Kanisah Antiokhia (Kis. 11: 26) itu sangat menyukai Mazmur tersebut, sehingga pengakuan iman Kristiyane tertua yang menyebutkan Yeshoo Mshikha adalah Tuhan, ditemui dalam ibadah umat Masihiyim paling kuno dalam bahasa Aram: Maranatha; Ya Tuhan kami, datanglah (I Kor. 16: 22).
Karena itu jelas gelar Tuhan bagi Yeshoo Mshikha bukan dalam makna Tuhan (ilah) selain Alaha, melainkan Rabb atau Tuhan bagi kemuliaan Alaha, yang menunjuk pada kodrat insaniNya yang disebabkan ketaatanNya dalam melaksanakan kehendak Alaha, BapaNya (Flp. 2: 5-11). Sebagai raja Mesiah, Yeshoo adalah pelaksana Ketuhanan (Kepenguasaan) Alaha di langit dan di bumi, dan oleh karena itulah sebagaimana disinggung sebelumnya, Yeshoo Mshikha sendiri menyatakan: KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi (Mat. 28: 18).
Kalau manusia biasa yang berdosa oleh karena kasih dan kemurahan Alaha atas umat manusia dapat diangkat dan dipilih Alaha menjadi Nabi dan Rasul, maka tentu jauh lebih layak lagi, Yeshoo Mshikha sang Kalamullah yang menjadi Manusia yang suci dan tidak berdosa itu, demi untuk keselamatan kekal dan pasti umat manusia, diangkat menjadi Rabb (Penguasa) atas bumi dan sorga.
KEILAHIAN YESHOO MSHIKHA (THE DIVINITY OF JESUS CHIRST)
Sementara gelar Ketuhanan menunjuk kepada kodrat insaniNya, yaitu sang Kalamullah yang nuzul menjadi Manusia, dimana dalam KemanusiaanNya yang taat melaksanakan kehendak Alaha (BapaNya) itu, Dia bergelar Tuhan bagi kemuliaan Alaha (Bapa) - Flp. 2: 5-11, maka Keilahian menunjuk pada kodrat IlahiNya sebagai Kalamullah (Firman Allah) yang kana hadza qadiman indallah (qodim atau kekal bersama Alaha) dan selalu qaimah (qoimah atau melekat) dalam Dzat Alaha (Yoh. 1: 1).
Dalam kodrat InsaniNya yaitu sang Kalamullah yang nuzul menjadi Manusia, dimana dalam Kemanusian Yeshoo Mshikha itu diberi gelar Adonay (Tuhan), jelas bukan ilah dan tidak disembah, akan tetapi dibalik tubuh physik Yeshoo Mshikha yang kelihatan itu, yaitu sang Kalamulllah atau Firman Allah (Kalimatullah) yang kana hadza qadiman indallah dan yang selalu
qaimah dalam Dzat Alaha itu adalah jelas Ilahi, dan itulah yang disembah oleh umat Kristiyane.
Sebetulnya Mshikhologi (Kristologi) dalam Kekristiyanean pernah menjadi persoalan yang cukup merepotkan. Bagi Kanisah yang benar, Mshikha sebagai Kalamullah (logos tou thou) adalah Ghoirul Makhluq (non factum - tak tercipta). Jika dalam Islam, Ilmu Kalam dimana Kalamullah itu nuzul menjadi Qur'an (nuzulul Qur'an) pada malam lailatul qadar, maka Qur'an itu diakui Ghairul Makhluq (non factum - tak tercipta) diwakili oleh Sunnah Wal Jama'ah, sekalipun mereka enggan mengakui sebagai pencipta, pada hal sesungguhnya apa yg bukan dicipta tentu adalah pencipta, sehingga penolakan mereka sbg non factum, nampaknya jadi Ta'addud al-Qudama' (تعدد القدماء), yaitu berbilangnya Alaha lebih dari satu, sedangkan bagi golongan Arian yang dikenal dengan kelompok Arianus; ada waktunya Kalamullah itu tidak ada, sehingga Kalamullah itu adalah makhluq (factum - tercipta). Golongan Arianus ini dalam Ilmu Kalam Islam diwakili oleh Mu'tazilah.
Menjawab Arian tersebut, Kanisah Orthodox yg mrp Kanisah yang benar menyatakan, apabila ada saatnya Kalamullah itu belum ada, maka dengan apakah Alaha mencipta alam semesta ini? Bukankah Alaha mencipta segala sesuatu, baik yang kelihatan, maupun yang tidak kelihatan adalah dengan dan melalui Kalamullah? Kalau Alaha mencipta segala sesuatunya dengan Kalam atau Kalimat dan Kalimat itu adalah ciptaan, maka Kalimat yang manakah yang mencipta Kalimat yang diciptakan tersebut? Kalau Alaha mencipta dengan atau melalui Kalimat, sedangkan Kalimat itu adalah ciptaan, bukankah ini menunjukkan kesyrikan, yaitu mempersekutukan Alaha dengan ciptaan, sehingga Alaha membutuhkan pertolongan menciptakan segala sesuatunya, yaitu meminta pertolongan dari mahklukNya, yaitu Kalimat yang dicipta utk mencipta? Apakah tidak lucu Alaha menciptakan segala sesuatu harus membutuhkan pertolongan makhlukNya (yaitu Kalimat yang dicipta) untuk menciptakan segala sesuatunya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya, diajukan pada golongan Arian, dan tentu saja mereka tidak bisa menjawab dan menjelaskan. Karena itu sesuai dengan ayat-ayat Alaha dalam al-Kitabul Muqqadas, maka Kanisah tetap bertahan bahwa Kalimat itu adalah Ghairul Makhluq (tidak dicipta), bahkan Dia adalah Alaha dalam keberadaanNya sebagai Kalimatullah yang qodim dan qoimah dalam Dzat Wajibal-wujud Allah itu sendiri, yaitu yang disebut Bapa, dan melalui Dia (Kalimat) itu Alaha (Bapa) menciptakan segala sesuatu (Yoh. 1: 1, 3 dan 14), sehingga karena itulah disebut Alaha sendirilah atau Alaha yang seorang diri yang mencipta segala sesuatunya (Yes. 44: 6, 24) - (3), sekalipun Alaha mencipta dengan atau melalui Kalimat, karena memang Kalimat itu adalah Alaha dalam keberadaanNya sebagai Kalimat yang qodim dan qoimah dalam Dzat Alaha itu sendiri. Dalam Kristiyane kemenangan Orthodox atas kelompok Arian yang Heterodox dan sesat, - yang mengatakan bahwa ada waktunya Kalimat itu tidak ada sehingga Kalimat itu adalah makhluq (dicipta), - melembaga dalam Kanisah Orthodox yaitu Kanisatu wahidah, muqaddasah, jama'ah wa rasuliyyah, yang mempertahankan bahwa Kalimatullah atau Kalamullah itu adalah Ghairul Makhluq (Bukan Ciptaan).
Pada suatu waktu bincang-bincang dengan rekan Muslim, pernah timbul pertanyaan, dimanakah letak persamaan sekaligus perbedaan yang hakiki antara Kristiyane dan Islam? Tentu saja dalam Ilmu Kalam. Yang satu Kalamullah nuzul menjadi Manusia melalui Maryam sang perawan dan yang satunya lagi, Kalamullah nuzul menjadi Kitab (Qur'an) melalui Nabi Muhammad. Jadi persamaannya terletak pada sama-sama Kalamullah nuzul. Tapi perbedaannya cukup jelas, yang satu jadi Manusia dan lainnya jadi Kitab.
Dalam Kristiyane (al-Kitab) karena Kalamullah menjadi Manusia dan dalam keberadaannya sebagai Manusia yang diutus sebagai Nabi dan Rasul sangat berbeda dengan Nabi-nabi dan Rasul-rasul lainnya, sebab sekalipun Dia sebagai Nabi dan Rasul tidak pernah mengatakan atau berbicara seperti Nabi-nabi dan Rasul-rasul: Demikianlah firman Alaha yang datang padaKu .. atau Beginilah firman Alaha kepadaKu.., tetapi Dia berbicara dalam otoritasNya sebagai Firman Hidup (I Yoh 1: 1): Amin (Sesungguhnya) Aku berkata kepadamu ..
Maka dalam persamaan ini menjadi jelas dan nyata bahwa Yeshoo Mshikha tidak dapat dibandingkan dengan Nabi Muhammad, melainkan Yeshoo Mshikha dalam Kristiyane hanya dapat dibandingkan dengan Qur'an dalam Islam, yang sama-sama Kalamullah. Posisi Yeshoo Mshikha jelas di atas dari al-Kitab dan mungkin juga dalam Islam posisi Qur'an juga di atas Nabi Muhammad. Mungkin ada baiknya di sini dikatakan bahwa yang pantas dibandingkan bukan Yeshoo Mshikha dengan Nabi Muhammad, melainkan Maryam dan Muhammad yang sama-sama si pengemban Kalamullah.
Persamaan sekaligus perbedaan lainnya ialah terletak pada si pengemban Kalimatullah, yaitu terletak pada Maryam dan Muhammad sebagai "perawan." Dalam Kristiyane, Maryam si pengemban Kalamullah itu adalah perawan. Keperawaan Maryam menyatakan bahwa kehamilannya murni dengan kuasa Roh Kudus (Alaha) dan tidak ada campur tangan insan dalam kaitan Kalamullah nuzul menjadi Manusia melalui rahimnya, dan keperawanan Nabi Muhammad yg dalam terminologi Islam dipakai, ummi untuk menyatakan kemurnian Kalamullah yang nuzul menjadi Kitab itu, tidak ada campur tangan manusia, termasuk Nabi Muhammad si pengemban, tetapi sungguh dari dan oleh kuasa Alaha.
Persamaan dan perbedaan lainnya lagi ialah terletak pada Kalamullah yang nuzul tersebut. Dalam Kristiyane, Kalamullah yang nuzul menjadi Manusia, Yeshoo Mshikha tersebut disebut Ghoirul Makhluq, sama dengan Kalamullah yang nuzul menjadi Kitab (Qur'an) tersebut juga disebut Ghoirul Makhluq. Tapi dalam Kristiyane, Keghoirul Makhluq-an Yeshoo Mshikha sangat jelas dan fitrah, sebab jika Kristiyane menyatakan Yeshoo Mshikha adalah Ghoirul Makhluq (non factum - bukan makhluk ciptaan atau singkatnya bukan ciptaan), maka karena hanya ada 2 kemungkinan, yaitu Pencipta dengan Ciptaan, maka jika Yeshoo Mshikha adalah Ghoirul Makhluq atau non factum - bukan ciptaan, maka dengan tegas dan berani orang Kristiyane menyatakan Yeshoo Mshikha adalah Pencipta. Dan jika Dia adalah Pencipta maka logikanya Dia adalah Alaha, karena hanya Alahalah yang Pencipta. Tapi setahu saya hal itu menjadi masalah yang tidak pernah diselesaikan dalam Islam, hingga pada rekan tersebut saya pertanyakan. Jika Kalamullah yang nuzul menjadi Kitab (Qur'an) tersebut oleh umat Islam sanggup menyebut Ghoirul Makhluq (non factum - bukan ciptaan), maka apakah mereka sanggup menyatakan bahwa Kitab (Qur'an) tersebut adalah Pencipta? Rekan tersebut terdiam, dan saya lanjutkan bahwa jika orang Islam sanggup menyatakan bahwa Kitab (Qur'an) tersebut adalah Ghoirul Makhluq atau Bukan Ciptaan, tetapi tidak sanggup mengatakan bahwa Kitab tersebut Pencipta, maka apakah itu berarti bahwa ada suatu makhluk yang bukan Pencipta dan bukan Ciptaan seperti yang dikenal dalam filsafat Yunani kuno yang disebut LOGOS, yaitu suatu intermediary being atau sejenis perantara? Rekan tersebut kembali terdiam, dan dalam beberapa kali saya mencoba mengajukan pertanyaan tersebut di atas pada rekan-rekan Islam lainnya tetapi tidak pernah ada jawaban yang memuaskan.
Karena itu menyimak hal tersebut di atas maka jelas, Irene Handono (yang mengaku mantan Biarawati, pada hal bohong besar) yang pernah diberbagai tempat dalam berbagai acara menyatakan bahwa orang Kristen mengangkat Yesus Kristus menjadi Tuhan baru pada konsili Nicea (325 M) adalah kesalahan besar, yg tdk bisa ditolerir, karena pada konsili itu bukan mengangkat, melainkan mempertegas Keilahian Yeshoo Mshikha (Tuhan Yesus Kristus) sebagaimana sejak semula sesuai dengan apa yang dimaksud Moran Yeshoo Mshikha sendiri tentang DiriNya sendiri dan sesuai apa yang dinyatakan dalam al-Kitab, baik apa yang disebut dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, serta sesuai dengan apa yang diyakini para Nabi dan para Rasul (lihat dan baca link https://www.facebook.com/groups/145515742689873/permalink/148208685753912/ atau https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=557502624591087&id=100009940623908). Konsili Nicea digelar bukan untuk mengangkat Yeshoo Mshikha sebagai Tuhan atau Alaha, melainkan digelar untuk mempertegas kembali iman yang ada sejak semula itu bahwa Yeshoo Mshikha adalah Alaha dalam esensiNya sebagai Kalamullah yang qodim dan qoimah dalam Dzat Wajibal Wujud Alaha itu sendiri yang dipersoalkan kemudian hari oleh Arian yang menyatakan bahwa Kalamullah itu adalah makhluk. Itu saja, tidak lebih dan tidak kurang.
Omong kosongnya Irene Handono itu hanya sekedar meraih simpati sebagian umat Islam yg tidak tahu Konsili, sekedar utk kepentingan pribadinya. Kepolosan dan ketidak tahuan sebagian umat Islam dimanfaatkan beliau. Coba tanyakan pada beliau, apakah ada pada beliau, salinan atau copyan Dokumen Konsili Nicea? Pasti tidak ada.
Nah kita lanjut mengungkap dan menelanjangi kebohongan Irene Handono, bhw sebagai bukti diluar al-Kitab, jauh sebelum Konsili Nicea pada abad ke IV (tahun 325 M), pada abad I, Mar Ignatius (wafat 67 M), Episcop (Uskup) Kanisah Orthodox Syria, murid Rasul Yahya (Yohanes) menulis mengenai Yeshoo Mshikha, Junjungannya: "... yang menurut Daging dan menurut Roh (sarkikos kai pneumatikos), dilahirkan dan yang tidak dilahirkan (genetos kai agenetos), dan Manusia Ilahi (en anthopoo theos), yang keluar dari Maryam dan yang keluar dari Dzat Alaha (kai ek Marias kai ek Theos), yang pertama terpikirkan dan yang kedua tidak terpikirkan (proton pathetos kai tote apathes), yaitu Tuhan kita Yeshoo Mshikha." Tulisan Mar Ignatius tersebut jelas menyatakan Ketuhanan dan Keilahian Yeshoo Mshikha sekaligus menunjukkan kesalahan fatal dan sok tahunya Irene Handono yang mengaku mantan biarawati, yang berbicara tentang Yeshoo Mshikha pada abad I. Jadi pernyataan atau pendapat Irene Handono tersebut hanya dapat didengar dan diterima orang-orang bodoh. Irene Handono berbicara pada abad XXI (abad 21) tentang Yeshoo Mshikha pada abad I, dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan Yeshoo Mshikha atau tidak ada sama sekali mata-rantainya dengan Yeshoo Mshikha, sementara Mar Ignatius hidup pada abad I, berbicara pada abad I tentang Yeshoo Mshikha pada abad I, dan sangat jelas punya hubungan atau memiliki mata-rantai dengan Yeshoo Mshikha, karena beliau adalah muridnya Rasul Yahya (Yohanes) dan Rasul Yahya adalah muridnya Yeshoo Mshikha, bahkan beliau adalah salah seorang anak diantara anak yang pernah diberkati oleh Moran Yeshoo Mshikha.
Selanjurnya kita bisa menyaksikan sisa ajaran dari kelompok Arianus ini pada abad ini (abad 21), dalam kalangan apa yang dinamakan Saksi Yehuwa (Jehovah Withnees) yang menyebutkan Yeshoo Mshikha itu adalah makhluk utama ciptaan Alaha, walaupun hal itu sudah ditolak pada tahun 325 M dengan argumentasi yang meyakinkan sebagaimana tersebut di atas. Karena itu sesungguhnya ajaran yang menyatakan Moran Yeshoo Mshikha bukan Ghairul Makhluq (ciptaan) seperti ajaran Arian, dan dewasa ini diwarisi oleh Saksi Yehuwa, oleh Bapak-bapak Kanisah (Gereja) dinyatakan sesat dan menyesatkan karena tidak sesuai dengan al-Kitab yang diajarkan para Rasul yang menyatakan Yeshoo Mshikha sebagai Kalamullah (Firman Alaha) yang nuzul menjadi Manusia adalah Ghairul Makhluk (Non Factum - Bukan Ciptaan). Waspadalah karena akhir-akhir ini ajaran yang dinyatakan Bapa-bapa Kanisah itu adalah sesat dan menyesatkan, muncul dengan gencar bahkan sudah sering mereka mengadakan Ibadah atau semacam KKR secara terbuka dan di tempat terbuka.
Perhatikanlah ajaran Kanisah mula-mula, yaitu Kanisah yang wahidah, muqaddasah, jama'ah dan rasuliyyah, dan simaklah kesinambungannya serta belajarlah dari pengalamannya, walaupun terus-menerus dirongrong ajaran sesat seperti injil Yudas, injil-injil Gnostik (atau berbau Gnostik) lainnya yang diangkat dan dipopulerkan dewasa ini dan juga seperti novel yang menyesatkan, Davinci Code oleh Dan Brown (4), mereka tetap bertahan akan kebenaran iman yang orthodox dan apostolik. Bagaimanapun konsili Nicea (325 M) digelar dan telah selesai, namun setelah konsili Nicea tersebut masih ada terus merongrong kebenaran yang diterima dan dipegang Kanisah yang wahidah, muqaddasah, jama'ah dan rasuliyyah itu sesuai dengan yang dinyatakan dalam al-Kitab sesuai ajaran para Rasul dan murid-murid para Rasul serta murid-murid dari murid-muridnya para Rasul. Kanisah pada waktu itu bergumul tentang ke dua tabiat Mshikha; bagaimana nisbah antara kedua tabiat Mshikha yang satu, sehingga dalam muktamar Efesus (431 M) ditegaskan: Dia yang satu dan sama, dalam tabiat IlahiNya sebagai Kalamullah keluar dari Bapa (Wujud Allah) tanpa seorang Ibu, dan serentak dengan itu dalam wujud nuzulNya sebagai Manusia keluar dari seorang Ibu perawan tanpa seorang Bapak.
Frase keluar dari Bapa tanpa seorang Ibu jelas menyatakan kelahiran kekalNya sebagai Kalamullah yang kana hadza qadiman indallah (qodim atau kekal bersama Alaha) dan yang selalu qaimah (qoimah atau melekat) dalam Dzat Alaha (Yoh. 1: 1). Dengan kata singkat, Kalamullah itu ada dalam Dzat Allah itu sendiri secara qodim dan qaimah, jadi bukan menyatakan kelahiran physik, sehingga umat Kristiyane secara tegas menolak Alaha beranak dan diperanakkan. Dan berbarengan dengan itu, frase keluar dari seorang Ibu tanpa Bapak menyatakan wujud nuzulNya Kalamullah (Firman Allah) menjadi Manusia melalui seorang Ibu, Maryam tanpa seorang Bapak, sehingga sebagai Manusia wajar ketika Dia lapar butuh makanan dan ketika haus butuh minuman dan ketika Dia lelah butuh istrahat, jika tidak itu namanya makhluk siluman. Jadi Yeshoo Mshikha sama seperti Manusia lainnya, kecuali dosa, sebab dalam Dia tidak ada dosa. Ini yang membuat Dia berbeda dan istimewa dari manusia manapun, berbeda dari Nabi dan Rasul manapun yang pernah hidup di dunia ini. Semua manusia, semua Nabi dan Rasul yang pernah hidup di dunia ini adalah berdosa. Hanya Yeshoo Mshikha tidak berdosa. Dia adalah suci dan suci dalam segala hal. Itu disaksikan dan diakui semua Kitab Suci agama samawi. Jika ada orang yg mengatakan semua Nabi atau Rasul suci, itu berarti dia hanya membual. Minta buktinya dari Kitab Suci, bukan asal bunyi, bukan omong doang.
Karena menyimak hal-hal tersebut di atas, maka umat Kristiyane tegas mengaminkan bahwa sesengguhnya kafirlah apabila ada orang yang mengatakan bahwa Yeshoo Mshikha Putera Maryam adalah Alaha. Ya, kafirlah orang yang mengatakan demikian, sebab umat Kristiyane tidak pernah mengatakan Yesho Putra Maryam itu Alaha, karena Kemanusiaan Yeshoo Mshikha itu memang bukan Alaha, sebab walaupun Kalamullah itu menjadi Manusia, akan tetapi kesatuan antara keduanya sedemikian rupa, sehingga tanpa bercampur dan tanpa berubah. Umat Masihiyim mengatakan dan meyakini Yeshoo Mshikha adalah Alaha ialah dalam Keberadaan dan EsensiNya sebagai Kalamullah/Firman Alaha/Anak Alaha yang Qodim dan Qoimah dalam Wujud Alaha (Bapa), sehingga Yeshoo Mshikha sendiri mengatakan: Aku dan Bapa adalah Satu (Yohanes 10: 30). Karena kejelasan dan kebenaran itulah maka Kanisah yang wahidah, muqaddasah, jama'ah dan rasuliyyah secara tegas menolak aliran Heterodox atau sesat dari Eutyches yang jelas mengaburkan Keilahian Kalamullah dengan Kemanusiaan Yeshoo Mshikha. Bagaimanapun Kalamullah itu menjadi Manusia; memasuki ruang dan waktu, tetapi serentak pada saat yang sama tanpa meninggalkan Alaha, yang Qodim dan Ooimah bersama Roh Kudus dalam Wujud Alaha yang Esa itu (Yoh. 1: 1, 14; Yoh. 8: 42; Yoh. 15: 26; I Kor. 2: 10,11).
MONOPHYSIT ALA EUTYCHES MASA KINI
Sekedar mengingatkan bahwa ajaran monophysit ala Eutyches inipun dewasa ini muncul kembali disadari atau tidak disadari, misalnya dalam pola baptisan. Misalnya ada orang membaptis dengan nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus; ada orang yang membaptis dengan nama Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dan ada juga orang membaptis dengan nama Bapa, nama Anak seorang laki-laki yaitu Tuhan Yesus Kristus, dan dalam nama Roh Kudus. Bahkan ada juga yang membaptis dalam nama Bapa, nama Anak dan nama Roh Kudus atau nama Alaha Bapa, nama Alaha Anak dan nama Alaha Roh Kudus.
Baptisan dengan dan atau dalam nama (nama-nama) tersebut di atas jelas tidak sesuai dengan al-Kitab, bahkan bertentangan dan sesat serta menyesatkan, yaitu mengaburkan Keilahian Kalamullah dengan Kemanusiaan Yeshoo Mshikha serta menciderai Keesaan Alaha dengan menyebut seperti ada tiga Alaha karena penyebutan tiga kali nama, yaitu nama Bapa, nama Anak dan nama Roh Kudus, pada hal Yeshoo Mshikha sendiri memakai kata singular (tunggal) dalam baptisan (lihat Mat. 28: 19), bukan (jamak).
Baptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus yaitu Tuhan Yesus Kristus, ini jelas monophysit ala Eutyches, karena terminologi itu bermakna: Bapa adalah Tuhan Yesus Kristus, Anak adalah Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus adalah Tuhan Yesus Kristus. Atau Bapa yaitu Tuhan Yesus Kristus, Anak yaitu Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus yaitu Tuhan Yesus Kristus. Pada hal menurut Tradisi Rasuliah Tertulis, al-Kitab sesuai apa yang dinyatakan Yesus Kristus dalam rumusan baptisan: Bapa bukanlah Tuhan Yesus Kristus, Anak bukanlah Tuhan Yesus Kristus (dalam eksistensiNya sebagai seorang anak laki-laki, yang dilahirkan Maryam), dan Roh Kudus bukan Tuhan Yesus Kristus. Jadi baptislah mereka dalam nama (perhatikan dipakai dalam bentuk singular) yang bermakna sehakekat, satu esensi, satu Dzat, bukan nama-nama (bentuk plural), yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus; bermakna baptislah mereka dalam nama sang Wujud (Wujudullah) yaitu Bapa (Alaha), Kalamullah/Firman Alaha (yaitu Anak Alaha) dan Roh Kudus (yaitu Rohullah/Roh Alaha sendiri/sang prinsip Hidup Alaha sendiri). Karena itu baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus; tentu saja Anak yang dimaksud di sini bukanlah Kemanusiaan Yeshoo Mshikha, melainkan bermakna Kalamullah/Firman Alaha yang sehakekat, satu Dzat dan yang qodim serta qoimah dalam Dzat wajibal-wujud Alaha Bapa itu sendiri.
Lagi pula nama Yeshoo (Yesus) adalah nama seorang anak laki-laki yang dilahirkan Sayidatina Maryam (Mat. 1: 21; Luk. 1: 31), pada hal Bapa (Alaha), Kalamullah/Firman Alaha/Anak Alaha dan Roh Kudus/Roh Alaha bukanlah berjenis kelamin laki-laki, dan bukan juga seorang anak laki-laki. Gelar atau Jabatan Tuhan dan Mshikha (al-Masih) dianugerahkan oleh Alaha pada Yeshoo, sehingga lengkaplah nama pribadiNya menjadi Moran Yeshoo Mshikha atau Tuhan Yesus Kristus adalah sehubungan dengan pekerjaan dan jabatanNya sebagai Mesias yang diurapi sebagai Penguasa, sebagaimana yang dinyatakan dalam Kisah Para Rasul pasal 2 ayat 36 dan Matius pasal 28 ayat 18.
Begitu juga baptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam nama Tuhan Yesus Kristus, juga merupakan bentuk lain dari monophysit ala Eutiches, sebab baptisan ini selain mencampur baurkan Keilahian Yeshoo Mshikha sebagai Kalamullah dengan Kemanusiaan Yeshoo Mshikha juga mubazir dan overlapping; pembaptisan nama ganda, yakni nama Bapa, Anak dan Roh Kudus di satu pihak dan nama Tuhan Yesus Kristus di pihak lain. Bila yang dimaksud dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, lalu kemudian dimateraikan dalam nama Tuhan Yesus Kristus, sebab dalam dan atau nama Tuhan Yesus Kristus adalah memang nama di atas segala nama dan segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi bertekuk lutut, dan segala lidah mengaku bahwa Dia adalah Tuhan, memang benar. Tetapi di sinilah letak persoalannya, karena seringkali ayat itu dimanipulasi. Betapun kepada Dia dikaruniakan nama di atas segala nama dan segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi bertekuk lutut, dan segala lidah mengaku bahwa Dia adalah Tuhan, bukanlah bermakna bahwa Bapa yang ada di langit (sorga) itu bertekuk lutut, melainkan perlu dan sangat penting diperhatikan bahwa itu adalah untuk kemuliaan Alaha, Bapa (Flp. 2: 9-11).
Karena itu Tradisi Rasuliah Tertulis, al-Kitab tidak pernah memberi lampu hijau akan baptisan seperti hal-hal tersebut di atas, sebab hal itu jelas mengaburkan Ketuhanan dan Keilahian Yeshoo Mshikha. Al-Kitab sebagai Tradisi Rasuliah Tertulis yang merupakan bagian dari Tradisi Rasuliah Lisan (cf. II Tes. 2: 15) hanya menyatakan baptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, atau baptis dalam nama Yesus Kristus atau nama Tuhan Yesus Kristus (Mat. 28: 19; Kis. 2: 38; 8: 16; 10: 48; 19: 5).
Apabila memakai baptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, ya titik, begitu saja, tidak perlu ditambah, yaitu atau dan dalam nama Tuhan Yesus Kristus, karena merupakan bidah sesat monophysit ala Eutyches dan mubazir serta overlapping. Dan jika baptisan itu memakai nama Tuhan Yesus Kristus atau dalam nama Tuhan Yesus atau dalam nama Yesus Kristus tanpa embel-embel lagi, ya boleh-boleh aja karena Tradisi Rasuliah Tertulis memang menyatakan demikian juga, namun bukan dalam pengertian Tuhan Yesus Kristus itu Bapa, Anak dan Roh Kudus, melainkan nama itu dipakai untuk materai dalam makna kemuliaan Alaha, Bapa (Cf. Flp. 2: 9 & 11). Kemulian Bapa adalah kemuliaan Anak (dalam arti Kalamullah/Firman Alaha) dan sekaligus juga kemuliaan Roh Kudus (RohNya Alaha), karena Bapa (Wujudullah), Anak (Kalamullah/Firman Alaha/FirmanNya Alaha) dan Roh Kudus (Rohullah/Roh Alaha/RohNya Alaha) adalah Alaha yang Maha Esa, itu tidak bisa dipisah-pisahkan. Hati-hatilah akan hal ini, sebab jika masalah tekhnis cara baptisannya saja sudah dipersoalkan, apalagi masalah atas nama siapa baptisan itu dilaksanakan dan dimateraikan, sangatlah perlu diperhatikan, karena Pribadi yg dinamakan itulah yang mensahkan dan memateraikan baptisan tersebut, bukan si pembaptis dan bukan juga tekhnis atau cara baptisannya dan bukan pula air babtisannya.
Demikian, kiranya bermanfaat bagi umat Masihiyim. Ya, Maranatha. Topik ini berakhir sampai di sini, namun pujian dan penyembahan kepada Alaha tidak pernah berakhir.
Catatan:
(1) Dalam s 3 Ali Imran 45 demikian artinya: .. namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan. .
(2) Maryam Bunda Alaha, sama sekali bukan untuk menyembah Maryam, karena yang pantas disembah hanyalah Alaha Tritunggal Maha Esa; Bapa, Anak dan Roh Kudus. Memang ada banyak umat Kristen yang aneh dewasa ini, bahkan yang gemar mengaku-aku penuh Roh Kudus, tidak mau menerima Maryam Bunda Alaha, pada hal justru ketika penuh Roh Kuduslah Elisabeth sanggup menyebut Maryam yang jauh lebih mudah dari dirinya tersebut sebagai Bunda Tuhannya (Luk 1: 41, 43). Banyak umat saat ini menentang Roh Kudus ketika mereka menolak Maryam Bunda Alaha, dan sesungguhnya mereka sama sekali tidak tuntas memahami pribadi Yeshoo Mshikha. Pada saat mereka menolak Maryam Bunda Alaha, maka Yeshoo Mshikha, Anak yang dilahirkan Maryam tersebut adalah sekedar Manusia. Tetapi kalau mereka juga mengakui Dia adalah Alaha, maka pertanyaannya, kapankah Anak yang dilahirkan Maryam tersebut Alaha? Apakah ketika umur 1 hari, 1 tahun atau 30 tahun? Tentu apapun jawabannya, Dia bukanlah Alaha, sebab Alaha tidak berawal dan tidak berakhir. Sebab itu Gelar Maryam Bunda Alaha sangat penting. Gelar itu sama sekali tidak berhenti ditujukan pada Maryam, melainkan pada akhirnya diarahkan pada Anak yang dilahirkan Maryam itu sendiri. Artinya gelar itu adalah mempertegas bahwa yang dilahirkan Maryam itu bukan hanya sekedar Manusia, tetapi Dia adalah juga Alaha sendiri. Dengan kata lain dan singkat, gelar itu adalah mempertegas Keilahian Isha al-Masih.
(3) Dalam Yesaya 44: 6 dan 24 ini sangat jelas menelanjangi dan membongkar kesesatan saksi Yehuwa. Sebab bila dalam ayat ini dinyatakan bahwa tidak ada al-Ilah (Alaha) yang lain selain TUHAN yang menciptakan semesta alam, pada hal saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus adalah Alaha lain yang lebih rendah dari Bapa (Alaha) atau makhluk utama yang mencipta alam semesta, bukankah itu syrik yang mempersekutukan Pencipta dengan yang dicipta. Jika dalam ayat itu juga ditegaskan bahwa Alaha menjadikan segala sesuatu, seorang diri, pada hal saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus juga mencipta, bukankah hal itu bertolak belakang karena telah ada 2 pribadi yang mencipta, yaitu Alaha dan Yesus sebagai makhluk utama ciptaan Alaha? Bukankah hal itu telah menyatakan bahwa Alaha membutuhkan pertolongan makhluk ciptaanNya untuk menciptakan yang lainnya? Saksi Yehuwa adalah syrik, sesat dan menyesatkan ditinjau dari ayat tersebut di atas karena menghina Alaha dan mempersekutukan Alaha Pencipta dengan yang dicipta untuk mencipta alam semesta.
(4) Injil bercerita dan ditulis pada abad pertama, tetapi Injil-injil yang diajukan oleh Dan Brown dalam Novel Davinci Code; injil Yudas, injil Thomas dan injil-injil Gnostik lainnya itu adalah ditulis paling dini abad ke- 3. Maka dapat dipastikan bahwa injil-injil tersebut hanyalah mencatut nama-nama Rasul dan Maria oleh penulis injil-injil tersebut setelah Rasul-rasul dan Maria wafat. Di sinilah pentingnya apa yang disebut Tradisi Rasuliah (Paradosis) dalam Kanisah Orthodox, yaitu semacam Sanad dalam Islam. Dalam Orthodox Syria, Kepemimpinan, Keimamatan (Penggembalaan) dan Pengajaran itu harus bisa diurut ke belakang dari mana asal-usulnya. Paling tidak apapun yang disangkut pautkan dengan Iman dan Kanisah (Gereja) harus bisa dirujuk paling tidak 3 generasi, yaitu generasi ke 1, Para Rasul, generasi ke 2, murid-murid Para Rasul dan generasi ke 3, murid-murid dari murid-murid para Rasul. Kalau tidak bisa dibuktikan harus ditolak (Lihat juga II Tes 2: 15; Flp. 3: 17; II Tim. 1: 13, 14; Flp. 4: 9; II Tes. 3: 6; I Tim. 6: 3 - 5; II Tim. 2: 2, dan Mat. 16: 19; Kis. 14: 23; Kis. 20: 17).
Dahabi al-Fam/MustaHiqqun
BANYAK orang berpikir SALAH ketika menyebut Moran Yeshoo Mshikha atau menyebut Tuhan Yesus Kristus, dipikirnya otomatis Tuhan Yesus Kristus adalah Pencipta segala sesuatunya, otomatis dia pikir Tuhan Yesus Kristus itu Ilahi.
Mengapa demikian? Karena banyak orang Masihiyan (Kristen) tidak dapat membedakan Ketu(h)anan dan Keilahian. Pada hal sebenarnya Ketu(h)anan Yesus Kristus justru diangkat oleh sang Pencipta atau diangkat oleh Alaha atau diangkat oleh Allah.
DIANGKAT? Ya diangkat. Yesus itu adalah seorang Anak laki-laki yg dilahirkan Maria (Matius 1: 21), dan Sang Pencipta tidak mungkin seorang Anak laki-laki
Yesus itu diangkat oleh Alaha menjadi Tuhan dan Kristus (Kisah Para Rasul 2: 36), sebab itulah setelah kebangkitanNya, Yesus Kristus mengatakan segala kuasa telah diberikan kepadaKu, baik di bumi maupun di Sorga (Matius 28: 18). Tidak mungkin Yesus Kristus yg diangkat sang Pencipta (Alaha/Allah) mjd Tuhan dan Kristus menjadi sang Pencipta yg mengangkatNya.
Jadi Yesus Kristus itu adalah seorang Anak laki-laki yg dilahirkan Maria yg diangkat dan diurapi oleh Alaha menjadi Tuhan dan Kristus sehingga lengkap Dia dipanggil Tuhan Yesus Kristus.
Dengan demikian tidak cukup kita mengimani hanya Tuhan Yesus Kristus an saja, sebab kalau hanya meyakini seperti itu berarti kita hanya meyakini seorang laki-laki Anak Maryam, dan kita tidak mungkin menyembah seorang laki-laki. KITA MENYEMBAH ALAHA TRITUNGGAL MAHA ESA: Bapa, Anak (yaitu Kalamullah/Firman Alaha) dan Roh Kudus (Roh Alaha).
INGAT bahwa dalam "nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," memang benar. Tapi sering kebenaran ayat ini dikorup seolah-olah jika pengakuan di dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan, DITUJUKAN untuk kemulian Tuhan Yesus Kristus sendiri, padahal sebenarnya ayat selanjutnya jelas dikatakan adalah untuk kemuliaan Alaha, Bapa (Filipi 2: 10 - 11).
Lha kalau begitu yg mana KetuhananNya dan yg mana KeilahianNya?
Nih.. boleh di simak, yg sebenarnya sudah beberapa kali di share..
KETUHANAN DAN KEILAHIAN YESHOO MSHIKHA
Tulisan ini telah sy edit kembali yg mana bahan dasarnya telah sy presentasikan di salah satu Lembaga Islam besar di Medan kr lebih 15 tahun yg lalu, dimana Lembaga tersebut mengundang sy sebagai satu-satunya pembicara dari Masihiyan (Kristen) di antara 2 orang pembicara Muslim.
Judul di atas diilhami oleh pengalaman penulis dalam pelayanan di mana tidak sedikit umat Masihiyan tidak mengerti tentang Ketuhanan Yeshoo Mshikha (The Lordship of Jesus Christ) sehingga menyamakannya dengan Keilahian Yeshoo Mshikha (The Divinity of Jesus Chirst). Oleh karena banyak di antara umat Kristiyane tidak memahaminya maka ketika orang non Kristiani menggugat iman Kristiani sebagaimana yang dinyatakan dalam Kisah Para Rasul pasal 2 ayat 36, maka banyak orang Kristiani kebingungan mempertanggung jawabkan imannya.
Sebab itu penulis akan mencoba menguraikan dan menjelaskannya sesuai konteks Kekristenan Oriental, khususnya Kekristenan Aramia (Kanisah Antiokhia {Gereja Antiokhia}) atau yang lebih dikenal sekarang Kanisah Orthodox Syria yang berhaluan non Calsedon atau Oriental - Kis. 11: 26, yang dialaskan dan didasarkan dalam persfektif al-Kitab sebagai Tradisi Rasuliah Tertulis (Paradosis Tertulis) yang merupakan bagian dari Tradisi Rasuliah Lisan (Paradosis Lisan yang menjadi Tradisi Kanisah). Namun sebelumnya perlu diinformasikan bahwa dalam artikel atau tulisan ini ada beberapa memakai istilah atau term yang dipakai dalam Kanisah Orthodox Syria yang memakai bahasa Aram dan khususnya bahasa Arab, yang sejak abad I, tahun 33 M, Kanisah sudah memakai bahasa Arab dalam peristiwa turunnya Roh Kudus pada Pentakosta (Kis. 2: 4 -12, khususnya ay. 8 dan 11). Ini perlu ditegaskan supaya tidak terjadi kesalah-pahaman, sebab diantara umat Kristiyane sendiri ada kelompok yang ekstrim hingga mendengar bahasa Arab saja dalam TV setiap adzan, langsung dimatikan. Bagi kelompok umat Kristiyane yang ekstrim itu bahasa Arab adalah bahasa teroris. Sebab itulah dalam tulisan ini, diperkenalkan dan dipakai bahasa dan term Arab dalam konteks Kristiyane Orthodox Oriental dan konteks al-Kitab bahasa Arab untuk menunjukkan bahwa bahasa Arab bukanlah bahasa teroris, melainkan bahasa yang suci karena Roh Kudus, yaitu RohNya Alaha sendiri berkenan menggunakannya pada abad I tahun 33 M pada peristiwa Pentakosta.
Itu yg pertama, dan yang kedua supaya tidak terjadi kesalah-pahaman, mk perlu sy beritahukan bahwa tulisan ini tidak mengatas-namakan Kristiyane manapun. Melainkan tulisan ini dipaparkan hanya pendapat saya sebagai penganut Kanisah Orthodox yg berhaluan Oriental.
DASAR MSHIKHOLOGI (KRISTOLOGI) ATAU ILMU KALAM
Dasar Mshikhologi atau Kristologi dalam Kekristiyanean Oriental yang disebut juga dengan istilah lain sebagai Ilmu Kalam, dalam surat rasul Paulus kepada jema'at di Korintus, jelas menyatakan: "wa an Laa ilaha ilallahu waahid, falana nahnu Ilahu wahidu wa huwa al-Abu lladzi minhu kullu syaiin wa ilaihi narjiu wa Rabbu wahid wa huwa Yasu al-Masih alladzi bihi kullu syaiin wa bihi nahya" - tidak ada Ilah selain Alaha yang Esa, dan bagi kita Alaha yang Esa itu adalah Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan kepadaNya kita kembali, dan satu Tuhan saja, yaitu Yeshoo Mshikha yang melaluiNya segala sesuatu diciptakan dan karena Dia kita hidup (I Kor. 8: 4, 6).
Frase dalam al-Kitabul Muqaddas (Arab); Laa ilaha ilallahu wahid, itu dalam bahasa asli Moran Yeshoo Mshikha, Aram dikatakan: Lait Alaha ella d'Alaha Sarira, yaitu Ab (Bapa), dan Rabbu wahid wa huwa Yasu al-Masih jelas menunjukkan perbedaan antara Ilah (al-Ilah) dengan Rabb. Ini berarti bahwa Alaha yang Esa, yang disebut Ab (Bapa) yang merupakan sumber segala sesuatu tersebut, adalah justru mengutus Yasu al-Masih (Yeshoo Mshikha) dan menjadikanNya sebagai Rabb (Tuhan) dalam makna penguasa (Kis. 2: 36), sehingga Yeshoo Mshikha sendiri menyatakan: KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi (Mat. 28 18; bnd. s. 3 Ali Imran 45 (1). Dan sudah tentu pemahaman inilah yang dimaksud oleh Yeshoo Mshikha sendiri dalam al-Injil: Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau satu-satunya Alaha (yaitu Bapa, pen) yang benar, dan mengenal Yeshoo Mshikha yang telah Engkau utus (Yoh. 17: 3). Jelas bila disimak bagian ke dua ayat dalam al-Kitabul Muqaddas (I Kor. 8: 4, 6 dan Yoh. 17: 3) tersebut dapat disimpulkan: Laa ilaha illalah wa al-Masih Kalamullah, yang berarti tiada Ilah selain Alaha, yaitu Ab (Bapa) dan Mshikha adalah Kalamullah atau Kalimatullah (Firman Alaha) yang melaluiNya (melalui Kalimatullah atau melalui Kalamullah itu) segala sesuatu diciptakan, dan: Laa ilaha illalah wa al-Masih Rasulullah, yang bermakna bahwa al-Masih (Mshikha) yang adalah Kalamullah itu dalam nuzulNya (turunNya) dan bertajjasud menjadi Manusia melalui perawan Maryam, maka dalam keadaanNya sebagai Manusia diutus sebagai Rasul. Tetapi walaupun demikian esensi Kenabian dan KerasulanNya tidak dapat dibandingkan dengan Nabi dan Rasul manapun, sebab semua Nabi dan Rasul, kecuali Yeshoo Mshikha tidak pernah disebut sebagai Rabb atau Tuhan dalam makna penguasa. Mungkin ada orang bertanya, kenapa Nabi dan Rasul yang lain itu tidak bisa menjadi Rabb (Penguasa), sementara Yeshoo Mshikha dapat dikatakan Rabb? Jawabannya cukup jelas dan sederhana, sebab bagaimanapun utusan Alaha itu disebut Nabi dan Rasul Alaha, tetapi tidak bisa dikatakan Rabb, sebab mereka hanya manusia ciptaan dari benih manusia yang lahir melalui seorang Ibu yang dibuahi seorang laki-laki, sementara Yeshoo Mshikha bukanlah ciptaan dari benih manusia yang dibuahi oleh seorang laki-laki, melainkan, Dia adalah Kalamullah yang nuzul dan bertajjasud menjadi Manusia melalui Sayidatina Maryam, sang perawan yang suci. Bahkan lebih dari pada Adam yang dicipta dari segumpal tanah, dan juga bahkan lebih dari Hawa yang dicipta dari bagian dari Adam yang dari tanah, sehingga Adam dan Hawa serta semua umat manusia tidak bisa diparalelkan atau tidak bisa dibandingkan dgn keberadaan Yeshoo Mshikha.
Yeshoo Mshikha bukanlah dicipta, melainkan Dia adalah Kalamullah (Firman Allah) yang Nuzul (turun) menjadi Manusia pada Lailatul Quddus (Malam Kudus). Yeshoo Mshikha yang Rasulullah itu disebut Rabb atau Tuhan dalam makna penguasa yang berkenan dalam kaitannya yang erat sebagai Mesiah yang diurapi. Sebab itulah Kristiyane atau tepatnya Kitab Suci Kristiyane sangat jelas membedakan terminologi: Alaha (God) dengan Rabb (Lord), sementara yang sering menjadi masalah dalam mengkomunikasi Kekristiyanean adalah karena banyak orang yang berbahasa Indonesia, tidak membedakan terminologi Keristiyanean Oriental atau terminologi yang dipakai dalam al-Kitab, bahkan al-Kitab bahasa Arab: Ilah-Alaha (God) dengan Rabb (Lord), pada hal dalam Keristiyanean Oriental dan al-Kitab, hal itu jelas dibedakan sebagaimana tersebut di atas. Karena itu memahami Mshikhologi atau Kristologi atau dikenal juga sebagai Ilmu Kalam dalam Kekristiyanean Oriental, khususnya Orthodox Syria, yang tentu sealur dengan al-Kitabul Muqaddas, sangatlah relevan sekarang di mana banyak di antara umat Kristiyane sudah kehilangan akar Kekristiyanean karena segala-galanya terlalu Kebarat-baratan. Kekristiyanean Oriental dan al-Kitab sangat jelas membedakan Ketuhanan Yeshoo Mshikha (The Lordship of Jesus) dengan Keilahian Yeshoo Mshikha (The Godhead atau The Divinity of Jesus), sebagaimana dapat disimak di bawah ini.
KETUHANAN YESHOO MSHIKHA (THE LORDSHIP OF JESUS CHRIST)
Salah satu keunikan Kekristiyanean yang tidak ditemui dalam agama apapun di dunia ini adalah terletak pada pribadi Yeshoo Mshikha. Keunikan pribadiNya tersebut terletak pada pribadiNya yang nampaknya kontradiksi hingga sering disalah pahami. Bagaimana tidak, Dia adalah Anak Alaha tetapi sekaligus juga menyatakan diriNya sebagai Anak Manusia. Dia mengakui diriNya sebagai Tuhan tetapi dilain waktu Dia adalah hamba Tuhan, atau yang lebih mencengangkan Dia mengakui pribadiNya sebagai Alaha tetapi sekaligus juga menyatakan diriNya sebagai Hamba Alaha. Itulah salah satu keunikan dari sekian banyak keunikanNya. Tetapi dalam konteks bahasan kita tentu saja, Ketuhanan Yeshoo Mshikha dalam Kekristiyanean Oriental tidak pernah bertujuan merampas Keilahian Bapa, tidak pernah bermaksud mengadakan Ilah selain Alaha, dan tidak pernah menyejajarkan Kemanusiaan Yeshoo Mshikha dengan Alaha. Yeshoo Mshikha sebagai Manusia dimana KemanusiaanNya itu berasal dari Sayidatina Maryam, sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Kitab (Lukas 1: 42) dan ditegaskan kembali dalam Kanun al-Iman Nicea-Konstantinopel (Pengakuan Iman Rasuli Nicea-Konstantinofel); alladzi min ajlina nahnul Basyaro wa min kholashina nazala minas samai, wa tajjasada bir Ruhul Quddusi, wa min Maryammul adzroil Batuli Walidatulillah wa shoro insanan. Yeshoo Mshikha sebagai Manusia yang dilahirkan Sayidatina Maryam, bunda Alaha (2) itulah sebagai Rasul atau Utusan yang dijadikan Alaha sebagai Rabb atau Tuhan dalam makna penguasa, sehingga Yeshoo Mshikha sendiri pernah mengatakan: Bapa lebih besar dari padaKu (Yohanes 14: 28). Ya, dari sudut Nuzulnya Dia sebagai Manusia, tentu sebagai Manusia, Bapa lebih besar dari pada Dia. Tetapi walaupun demikian dalam keberadaanNya sebagai Manusia, Dia sangat jauh lebih besar dari manusia manapun yang pernah hidup di dunia ini. Dengan kata lain Yeshoo Mshikha sebagai Manusia yang Rasul atau Utusan itu disebut Rabb atau Tuhan dalam makna penguasa, adalah karena Alaha telah melimpahkan kuasaNya di langit dan dibumi, sehingga Yeshoo Mshikha menjalankan tugas ilahiNya sebagai Mesiah (Mat. 28: 18; Kis. 2: 38; Flp. 2: 11).
Tentu saja gelar Ketuhanan Yeshoo Mshikha itu tidak muncul dengan tiba-tiba, atau juga bukan hasil perenungan yang muncul seketika oleh para Rasul dan murid-murid Moran Yeshoo Mshikha, melainkan gelar itu latar belakang (backgroundnya) dapat dilacak dalam Kitab Suci, Yahudi sendiri dalam Mazmur 110 ayat 1: Firman TUHAN (YHWH) kepada Tuanku (ADONAY): Duduklah di sebelah kananKu. Bersamaan dengan interpretasi atau tafsir Yahudi sebelum zaman Kristiyane, Adonay (Tuhan/Tuan) ini menunjuk kepada raja Mesiah, maka Rasul-rasul (tentu oleh ilham Roh Kudus) menerapkan gelar Adonay itu pada Yeshoo sebagai Mshikha/Mesiah (Mark. 12: 35-37). Umat Kristiyane mula-mula (Kanisah Perjanjian Baru, yang lebih terkenal sekarang sebagai Kanisah Orthodox, khususnya Kanisah Orthodox Syria; non Calsedon atau Oriental - untuk mengatakan Kanisah Antiokhia (Kis. 11: 26) itu sangat menyukai Mazmur tersebut, sehingga pengakuan iman Kristiyane tertua yang menyebutkan Yeshoo Mshikha adalah Tuhan, ditemui dalam ibadah umat Masihiyim paling kuno dalam bahasa Aram: Maranatha; Ya Tuhan kami, datanglah (I Kor. 16: 22).
Karena itu jelas gelar Tuhan bagi Yeshoo Mshikha bukan dalam makna Tuhan (ilah) selain Alaha, melainkan Rabb atau Tuhan bagi kemuliaan Alaha, yang menunjuk pada kodrat insaniNya yang disebabkan ketaatanNya dalam melaksanakan kehendak Alaha, BapaNya (Flp. 2: 5-11). Sebagai raja Mesiah, Yeshoo adalah pelaksana Ketuhanan (Kepenguasaan) Alaha di langit dan di bumi, dan oleh karena itulah sebagaimana disinggung sebelumnya, Yeshoo Mshikha sendiri menyatakan: KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi (Mat. 28: 18).
Kalau manusia biasa yang berdosa oleh karena kasih dan kemurahan Alaha atas umat manusia dapat diangkat dan dipilih Alaha menjadi Nabi dan Rasul, maka tentu jauh lebih layak lagi, Yeshoo Mshikha sang Kalamullah yang menjadi Manusia yang suci dan tidak berdosa itu, demi untuk keselamatan kekal dan pasti umat manusia, diangkat menjadi Rabb (Penguasa) atas bumi dan sorga.
KEILAHIAN YESHOO MSHIKHA (THE DIVINITY OF JESUS CHIRST)
Sementara gelar Ketuhanan menunjuk kepada kodrat insaniNya, yaitu sang Kalamullah yang nuzul menjadi Manusia, dimana dalam KemanusiaanNya yang taat melaksanakan kehendak Alaha (BapaNya) itu, Dia bergelar Tuhan bagi kemuliaan Alaha (Bapa) - Flp. 2: 5-11, maka Keilahian menunjuk pada kodrat IlahiNya sebagai Kalamullah (Firman Allah) yang kana hadza qadiman indallah (qodim atau kekal bersama Alaha) dan selalu qaimah (qoimah atau melekat) dalam Dzat Alaha (Yoh. 1: 1).
Dalam kodrat InsaniNya yaitu sang Kalamullah yang nuzul menjadi Manusia, dimana dalam Kemanusian Yeshoo Mshikha itu diberi gelar Adonay (Tuhan), jelas bukan ilah dan tidak disembah, akan tetapi dibalik tubuh physik Yeshoo Mshikha yang kelihatan itu, yaitu sang Kalamulllah atau Firman Allah (Kalimatullah) yang kana hadza qadiman indallah dan yang selalu
qaimah dalam Dzat Alaha itu adalah jelas Ilahi, dan itulah yang disembah oleh umat Kristiyane.
Sebetulnya Mshikhologi (Kristologi) dalam Kekristiyanean pernah menjadi persoalan yang cukup merepotkan. Bagi Kanisah yang benar, Mshikha sebagai Kalamullah (logos tou thou) adalah Ghoirul Makhluq (non factum - tak tercipta). Jika dalam Islam, Ilmu Kalam dimana Kalamullah itu nuzul menjadi Qur'an (nuzulul Qur'an) pada malam lailatul qadar, maka Qur'an itu diakui Ghairul Makhluq (non factum - tak tercipta) diwakili oleh Sunnah Wal Jama'ah, sekalipun mereka enggan mengakui sebagai pencipta, pada hal sesungguhnya apa yg bukan dicipta tentu adalah pencipta, sehingga penolakan mereka sbg non factum, nampaknya jadi Ta'addud al-Qudama' (تعدد القدماء), yaitu berbilangnya Alaha lebih dari satu, sedangkan bagi golongan Arian yang dikenal dengan kelompok Arianus; ada waktunya Kalamullah itu tidak ada, sehingga Kalamullah itu adalah makhluq (factum - tercipta). Golongan Arianus ini dalam Ilmu Kalam Islam diwakili oleh Mu'tazilah.
Menjawab Arian tersebut, Kanisah Orthodox yg mrp Kanisah yang benar menyatakan, apabila ada saatnya Kalamullah itu belum ada, maka dengan apakah Alaha mencipta alam semesta ini? Bukankah Alaha mencipta segala sesuatu, baik yang kelihatan, maupun yang tidak kelihatan adalah dengan dan melalui Kalamullah? Kalau Alaha mencipta segala sesuatunya dengan Kalam atau Kalimat dan Kalimat itu adalah ciptaan, maka Kalimat yang manakah yang mencipta Kalimat yang diciptakan tersebut? Kalau Alaha mencipta dengan atau melalui Kalimat, sedangkan Kalimat itu adalah ciptaan, bukankah ini menunjukkan kesyrikan, yaitu mempersekutukan Alaha dengan ciptaan, sehingga Alaha membutuhkan pertolongan menciptakan segala sesuatunya, yaitu meminta pertolongan dari mahklukNya, yaitu Kalimat yang dicipta utk mencipta? Apakah tidak lucu Alaha menciptakan segala sesuatu harus membutuhkan pertolongan makhlukNya (yaitu Kalimat yang dicipta) untuk menciptakan segala sesuatunya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya, diajukan pada golongan Arian, dan tentu saja mereka tidak bisa menjawab dan menjelaskan. Karena itu sesuai dengan ayat-ayat Alaha dalam al-Kitabul Muqqadas, maka Kanisah tetap bertahan bahwa Kalimat itu adalah Ghairul Makhluq (tidak dicipta), bahkan Dia adalah Alaha dalam keberadaanNya sebagai Kalimatullah yang qodim dan qoimah dalam Dzat Wajibal-wujud Allah itu sendiri, yaitu yang disebut Bapa, dan melalui Dia (Kalimat) itu Alaha (Bapa) menciptakan segala sesuatu (Yoh. 1: 1, 3 dan 14), sehingga karena itulah disebut Alaha sendirilah atau Alaha yang seorang diri yang mencipta segala sesuatunya (Yes. 44: 6, 24) - (3), sekalipun Alaha mencipta dengan atau melalui Kalimat, karena memang Kalimat itu adalah Alaha dalam keberadaanNya sebagai Kalimat yang qodim dan qoimah dalam Dzat Alaha itu sendiri. Dalam Kristiyane kemenangan Orthodox atas kelompok Arian yang Heterodox dan sesat, - yang mengatakan bahwa ada waktunya Kalimat itu tidak ada sehingga Kalimat itu adalah makhluq (dicipta), - melembaga dalam Kanisah Orthodox yaitu Kanisatu wahidah, muqaddasah, jama'ah wa rasuliyyah, yang mempertahankan bahwa Kalimatullah atau Kalamullah itu adalah Ghairul Makhluq (Bukan Ciptaan).
Pada suatu waktu bincang-bincang dengan rekan Muslim, pernah timbul pertanyaan, dimanakah letak persamaan sekaligus perbedaan yang hakiki antara Kristiyane dan Islam? Tentu saja dalam Ilmu Kalam. Yang satu Kalamullah nuzul menjadi Manusia melalui Maryam sang perawan dan yang satunya lagi, Kalamullah nuzul menjadi Kitab (Qur'an) melalui Nabi Muhammad. Jadi persamaannya terletak pada sama-sama Kalamullah nuzul. Tapi perbedaannya cukup jelas, yang satu jadi Manusia dan lainnya jadi Kitab.
Dalam Kristiyane (al-Kitab) karena Kalamullah menjadi Manusia dan dalam keberadaannya sebagai Manusia yang diutus sebagai Nabi dan Rasul sangat berbeda dengan Nabi-nabi dan Rasul-rasul lainnya, sebab sekalipun Dia sebagai Nabi dan Rasul tidak pernah mengatakan atau berbicara seperti Nabi-nabi dan Rasul-rasul: Demikianlah firman Alaha yang datang padaKu .. atau Beginilah firman Alaha kepadaKu.., tetapi Dia berbicara dalam otoritasNya sebagai Firman Hidup (I Yoh 1: 1): Amin (Sesungguhnya) Aku berkata kepadamu ..
Maka dalam persamaan ini menjadi jelas dan nyata bahwa Yeshoo Mshikha tidak dapat dibandingkan dengan Nabi Muhammad, melainkan Yeshoo Mshikha dalam Kristiyane hanya dapat dibandingkan dengan Qur'an dalam Islam, yang sama-sama Kalamullah. Posisi Yeshoo Mshikha jelas di atas dari al-Kitab dan mungkin juga dalam Islam posisi Qur'an juga di atas Nabi Muhammad. Mungkin ada baiknya di sini dikatakan bahwa yang pantas dibandingkan bukan Yeshoo Mshikha dengan Nabi Muhammad, melainkan Maryam dan Muhammad yang sama-sama si pengemban Kalamullah.
Persamaan sekaligus perbedaan lainnya ialah terletak pada si pengemban Kalimatullah, yaitu terletak pada Maryam dan Muhammad sebagai "perawan." Dalam Kristiyane, Maryam si pengemban Kalamullah itu adalah perawan. Keperawaan Maryam menyatakan bahwa kehamilannya murni dengan kuasa Roh Kudus (Alaha) dan tidak ada campur tangan insan dalam kaitan Kalamullah nuzul menjadi Manusia melalui rahimnya, dan keperawanan Nabi Muhammad yg dalam terminologi Islam dipakai, ummi untuk menyatakan kemurnian Kalamullah yang nuzul menjadi Kitab itu, tidak ada campur tangan manusia, termasuk Nabi Muhammad si pengemban, tetapi sungguh dari dan oleh kuasa Alaha.
Persamaan dan perbedaan lainnya lagi ialah terletak pada Kalamullah yang nuzul tersebut. Dalam Kristiyane, Kalamullah yang nuzul menjadi Manusia, Yeshoo Mshikha tersebut disebut Ghoirul Makhluq, sama dengan Kalamullah yang nuzul menjadi Kitab (Qur'an) tersebut juga disebut Ghoirul Makhluq. Tapi dalam Kristiyane, Keghoirul Makhluq-an Yeshoo Mshikha sangat jelas dan fitrah, sebab jika Kristiyane menyatakan Yeshoo Mshikha adalah Ghoirul Makhluq (non factum - bukan makhluk ciptaan atau singkatnya bukan ciptaan), maka karena hanya ada 2 kemungkinan, yaitu Pencipta dengan Ciptaan, maka jika Yeshoo Mshikha adalah Ghoirul Makhluq atau non factum - bukan ciptaan, maka dengan tegas dan berani orang Kristiyane menyatakan Yeshoo Mshikha adalah Pencipta. Dan jika Dia adalah Pencipta maka logikanya Dia adalah Alaha, karena hanya Alahalah yang Pencipta. Tapi setahu saya hal itu menjadi masalah yang tidak pernah diselesaikan dalam Islam, hingga pada rekan tersebut saya pertanyakan. Jika Kalamullah yang nuzul menjadi Kitab (Qur'an) tersebut oleh umat Islam sanggup menyebut Ghoirul Makhluq (non factum - bukan ciptaan), maka apakah mereka sanggup menyatakan bahwa Kitab (Qur'an) tersebut adalah Pencipta? Rekan tersebut terdiam, dan saya lanjutkan bahwa jika orang Islam sanggup menyatakan bahwa Kitab (Qur'an) tersebut adalah Ghoirul Makhluq atau Bukan Ciptaan, tetapi tidak sanggup mengatakan bahwa Kitab tersebut Pencipta, maka apakah itu berarti bahwa ada suatu makhluk yang bukan Pencipta dan bukan Ciptaan seperti yang dikenal dalam filsafat Yunani kuno yang disebut LOGOS, yaitu suatu intermediary being atau sejenis perantara? Rekan tersebut kembali terdiam, dan dalam beberapa kali saya mencoba mengajukan pertanyaan tersebut di atas pada rekan-rekan Islam lainnya tetapi tidak pernah ada jawaban yang memuaskan.
Karena itu menyimak hal tersebut di atas maka jelas, Irene Handono (yang mengaku mantan Biarawati, pada hal bohong besar) yang pernah diberbagai tempat dalam berbagai acara menyatakan bahwa orang Kristen mengangkat Yesus Kristus menjadi Tuhan baru pada konsili Nicea (325 M) adalah kesalahan besar, yg tdk bisa ditolerir, karena pada konsili itu bukan mengangkat, melainkan mempertegas Keilahian Yeshoo Mshikha (Tuhan Yesus Kristus) sebagaimana sejak semula sesuai dengan apa yang dimaksud Moran Yeshoo Mshikha sendiri tentang DiriNya sendiri dan sesuai apa yang dinyatakan dalam al-Kitab, baik apa yang disebut dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, serta sesuai dengan apa yang diyakini para Nabi dan para Rasul (lihat dan baca link https://www.facebook.com/groups/145515742689873/permalink/148208685753912/ atau https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=557502624591087&id=100009940623908). Konsili Nicea digelar bukan untuk mengangkat Yeshoo Mshikha sebagai Tuhan atau Alaha, melainkan digelar untuk mempertegas kembali iman yang ada sejak semula itu bahwa Yeshoo Mshikha adalah Alaha dalam esensiNya sebagai Kalamullah yang qodim dan qoimah dalam Dzat Wajibal Wujud Alaha itu sendiri yang dipersoalkan kemudian hari oleh Arian yang menyatakan bahwa Kalamullah itu adalah makhluk. Itu saja, tidak lebih dan tidak kurang.
Omong kosongnya Irene Handono itu hanya sekedar meraih simpati sebagian umat Islam yg tidak tahu Konsili, sekedar utk kepentingan pribadinya. Kepolosan dan ketidak tahuan sebagian umat Islam dimanfaatkan beliau. Coba tanyakan pada beliau, apakah ada pada beliau, salinan atau copyan Dokumen Konsili Nicea? Pasti tidak ada.
Nah kita lanjut mengungkap dan menelanjangi kebohongan Irene Handono, bhw sebagai bukti diluar al-Kitab, jauh sebelum Konsili Nicea pada abad ke IV (tahun 325 M), pada abad I, Mar Ignatius (wafat 67 M), Episcop (Uskup) Kanisah Orthodox Syria, murid Rasul Yahya (Yohanes) menulis mengenai Yeshoo Mshikha, Junjungannya: "... yang menurut Daging dan menurut Roh (sarkikos kai pneumatikos), dilahirkan dan yang tidak dilahirkan (genetos kai agenetos), dan Manusia Ilahi (en anthopoo theos), yang keluar dari Maryam dan yang keluar dari Dzat Alaha (kai ek Marias kai ek Theos), yang pertama terpikirkan dan yang kedua tidak terpikirkan (proton pathetos kai tote apathes), yaitu Tuhan kita Yeshoo Mshikha." Tulisan Mar Ignatius tersebut jelas menyatakan Ketuhanan dan Keilahian Yeshoo Mshikha sekaligus menunjukkan kesalahan fatal dan sok tahunya Irene Handono yang mengaku mantan biarawati, yang berbicara tentang Yeshoo Mshikha pada abad I. Jadi pernyataan atau pendapat Irene Handono tersebut hanya dapat didengar dan diterima orang-orang bodoh. Irene Handono berbicara pada abad XXI (abad 21) tentang Yeshoo Mshikha pada abad I, dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan Yeshoo Mshikha atau tidak ada sama sekali mata-rantainya dengan Yeshoo Mshikha, sementara Mar Ignatius hidup pada abad I, berbicara pada abad I tentang Yeshoo Mshikha pada abad I, dan sangat jelas punya hubungan atau memiliki mata-rantai dengan Yeshoo Mshikha, karena beliau adalah muridnya Rasul Yahya (Yohanes) dan Rasul Yahya adalah muridnya Yeshoo Mshikha, bahkan beliau adalah salah seorang anak diantara anak yang pernah diberkati oleh Moran Yeshoo Mshikha.
Selanjurnya kita bisa menyaksikan sisa ajaran dari kelompok Arianus ini pada abad ini (abad 21), dalam kalangan apa yang dinamakan Saksi Yehuwa (Jehovah Withnees) yang menyebutkan Yeshoo Mshikha itu adalah makhluk utama ciptaan Alaha, walaupun hal itu sudah ditolak pada tahun 325 M dengan argumentasi yang meyakinkan sebagaimana tersebut di atas. Karena itu sesungguhnya ajaran yang menyatakan Moran Yeshoo Mshikha bukan Ghairul Makhluq (ciptaan) seperti ajaran Arian, dan dewasa ini diwarisi oleh Saksi Yehuwa, oleh Bapak-bapak Kanisah (Gereja) dinyatakan sesat dan menyesatkan karena tidak sesuai dengan al-Kitab yang diajarkan para Rasul yang menyatakan Yeshoo Mshikha sebagai Kalamullah (Firman Alaha) yang nuzul menjadi Manusia adalah Ghairul Makhluk (Non Factum - Bukan Ciptaan). Waspadalah karena akhir-akhir ini ajaran yang dinyatakan Bapa-bapa Kanisah itu adalah sesat dan menyesatkan, muncul dengan gencar bahkan sudah sering mereka mengadakan Ibadah atau semacam KKR secara terbuka dan di tempat terbuka.
Perhatikanlah ajaran Kanisah mula-mula, yaitu Kanisah yang wahidah, muqaddasah, jama'ah dan rasuliyyah, dan simaklah kesinambungannya serta belajarlah dari pengalamannya, walaupun terus-menerus dirongrong ajaran sesat seperti injil Yudas, injil-injil Gnostik (atau berbau Gnostik) lainnya yang diangkat dan dipopulerkan dewasa ini dan juga seperti novel yang menyesatkan, Davinci Code oleh Dan Brown (4), mereka tetap bertahan akan kebenaran iman yang orthodox dan apostolik. Bagaimanapun konsili Nicea (325 M) digelar dan telah selesai, namun setelah konsili Nicea tersebut masih ada terus merongrong kebenaran yang diterima dan dipegang Kanisah yang wahidah, muqaddasah, jama'ah dan rasuliyyah itu sesuai dengan yang dinyatakan dalam al-Kitab sesuai ajaran para Rasul dan murid-murid para Rasul serta murid-murid dari murid-muridnya para Rasul. Kanisah pada waktu itu bergumul tentang ke dua tabiat Mshikha; bagaimana nisbah antara kedua tabiat Mshikha yang satu, sehingga dalam muktamar Efesus (431 M) ditegaskan: Dia yang satu dan sama, dalam tabiat IlahiNya sebagai Kalamullah keluar dari Bapa (Wujud Allah) tanpa seorang Ibu, dan serentak dengan itu dalam wujud nuzulNya sebagai Manusia keluar dari seorang Ibu perawan tanpa seorang Bapak.
Frase keluar dari Bapa tanpa seorang Ibu jelas menyatakan kelahiran kekalNya sebagai Kalamullah yang kana hadza qadiman indallah (qodim atau kekal bersama Alaha) dan yang selalu qaimah (qoimah atau melekat) dalam Dzat Alaha (Yoh. 1: 1). Dengan kata singkat, Kalamullah itu ada dalam Dzat Allah itu sendiri secara qodim dan qaimah, jadi bukan menyatakan kelahiran physik, sehingga umat Kristiyane secara tegas menolak Alaha beranak dan diperanakkan. Dan berbarengan dengan itu, frase keluar dari seorang Ibu tanpa Bapak menyatakan wujud nuzulNya Kalamullah (Firman Allah) menjadi Manusia melalui seorang Ibu, Maryam tanpa seorang Bapak, sehingga sebagai Manusia wajar ketika Dia lapar butuh makanan dan ketika haus butuh minuman dan ketika Dia lelah butuh istrahat, jika tidak itu namanya makhluk siluman. Jadi Yeshoo Mshikha sama seperti Manusia lainnya, kecuali dosa, sebab dalam Dia tidak ada dosa. Ini yang membuat Dia berbeda dan istimewa dari manusia manapun, berbeda dari Nabi dan Rasul manapun yang pernah hidup di dunia ini. Semua manusia, semua Nabi dan Rasul yang pernah hidup di dunia ini adalah berdosa. Hanya Yeshoo Mshikha tidak berdosa. Dia adalah suci dan suci dalam segala hal. Itu disaksikan dan diakui semua Kitab Suci agama samawi. Jika ada orang yg mengatakan semua Nabi atau Rasul suci, itu berarti dia hanya membual. Minta buktinya dari Kitab Suci, bukan asal bunyi, bukan omong doang.
Karena menyimak hal-hal tersebut di atas, maka umat Kristiyane tegas mengaminkan bahwa sesengguhnya kafirlah apabila ada orang yang mengatakan bahwa Yeshoo Mshikha Putera Maryam adalah Alaha. Ya, kafirlah orang yang mengatakan demikian, sebab umat Kristiyane tidak pernah mengatakan Yesho Putra Maryam itu Alaha, karena Kemanusiaan Yeshoo Mshikha itu memang bukan Alaha, sebab walaupun Kalamullah itu menjadi Manusia, akan tetapi kesatuan antara keduanya sedemikian rupa, sehingga tanpa bercampur dan tanpa berubah. Umat Masihiyim mengatakan dan meyakini Yeshoo Mshikha adalah Alaha ialah dalam Keberadaan dan EsensiNya sebagai Kalamullah/Firman Alaha/Anak Alaha yang Qodim dan Qoimah dalam Wujud Alaha (Bapa), sehingga Yeshoo Mshikha sendiri mengatakan: Aku dan Bapa adalah Satu (Yohanes 10: 30). Karena kejelasan dan kebenaran itulah maka Kanisah yang wahidah, muqaddasah, jama'ah dan rasuliyyah secara tegas menolak aliran Heterodox atau sesat dari Eutyches yang jelas mengaburkan Keilahian Kalamullah dengan Kemanusiaan Yeshoo Mshikha. Bagaimanapun Kalamullah itu menjadi Manusia; memasuki ruang dan waktu, tetapi serentak pada saat yang sama tanpa meninggalkan Alaha, yang Qodim dan Ooimah bersama Roh Kudus dalam Wujud Alaha yang Esa itu (Yoh. 1: 1, 14; Yoh. 8: 42; Yoh. 15: 26; I Kor. 2: 10,11).
MONOPHYSIT ALA EUTYCHES MASA KINI
Sekedar mengingatkan bahwa ajaran monophysit ala Eutyches inipun dewasa ini muncul kembali disadari atau tidak disadari, misalnya dalam pola baptisan. Misalnya ada orang membaptis dengan nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus; ada orang yang membaptis dengan nama Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dan ada juga orang membaptis dengan nama Bapa, nama Anak seorang laki-laki yaitu Tuhan Yesus Kristus, dan dalam nama Roh Kudus. Bahkan ada juga yang membaptis dalam nama Bapa, nama Anak dan nama Roh Kudus atau nama Alaha Bapa, nama Alaha Anak dan nama Alaha Roh Kudus.
Baptisan dengan dan atau dalam nama (nama-nama) tersebut di atas jelas tidak sesuai dengan al-Kitab, bahkan bertentangan dan sesat serta menyesatkan, yaitu mengaburkan Keilahian Kalamullah dengan Kemanusiaan Yeshoo Mshikha serta menciderai Keesaan Alaha dengan menyebut seperti ada tiga Alaha karena penyebutan tiga kali nama, yaitu nama Bapa, nama Anak dan nama Roh Kudus, pada hal Yeshoo Mshikha sendiri memakai kata singular (tunggal) dalam baptisan (lihat Mat. 28: 19), bukan (jamak).
Baptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus yaitu Tuhan Yesus Kristus, ini jelas monophysit ala Eutyches, karena terminologi itu bermakna: Bapa adalah Tuhan Yesus Kristus, Anak adalah Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus adalah Tuhan Yesus Kristus. Atau Bapa yaitu Tuhan Yesus Kristus, Anak yaitu Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus yaitu Tuhan Yesus Kristus. Pada hal menurut Tradisi Rasuliah Tertulis, al-Kitab sesuai apa yang dinyatakan Yesus Kristus dalam rumusan baptisan: Bapa bukanlah Tuhan Yesus Kristus, Anak bukanlah Tuhan Yesus Kristus (dalam eksistensiNya sebagai seorang anak laki-laki, yang dilahirkan Maryam), dan Roh Kudus bukan Tuhan Yesus Kristus. Jadi baptislah mereka dalam nama (perhatikan dipakai dalam bentuk singular) yang bermakna sehakekat, satu esensi, satu Dzat, bukan nama-nama (bentuk plural), yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus; bermakna baptislah mereka dalam nama sang Wujud (Wujudullah) yaitu Bapa (Alaha), Kalamullah/Firman Alaha (yaitu Anak Alaha) dan Roh Kudus (yaitu Rohullah/Roh Alaha sendiri/sang prinsip Hidup Alaha sendiri). Karena itu baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus; tentu saja Anak yang dimaksud di sini bukanlah Kemanusiaan Yeshoo Mshikha, melainkan bermakna Kalamullah/Firman Alaha yang sehakekat, satu Dzat dan yang qodim serta qoimah dalam Dzat wajibal-wujud Alaha Bapa itu sendiri.
Lagi pula nama Yeshoo (Yesus) adalah nama seorang anak laki-laki yang dilahirkan Sayidatina Maryam (Mat. 1: 21; Luk. 1: 31), pada hal Bapa (Alaha), Kalamullah/Firman Alaha/Anak Alaha dan Roh Kudus/Roh Alaha bukanlah berjenis kelamin laki-laki, dan bukan juga seorang anak laki-laki. Gelar atau Jabatan Tuhan dan Mshikha (al-Masih) dianugerahkan oleh Alaha pada Yeshoo, sehingga lengkaplah nama pribadiNya menjadi Moran Yeshoo Mshikha atau Tuhan Yesus Kristus adalah sehubungan dengan pekerjaan dan jabatanNya sebagai Mesias yang diurapi sebagai Penguasa, sebagaimana yang dinyatakan dalam Kisah Para Rasul pasal 2 ayat 36 dan Matius pasal 28 ayat 18.
Begitu juga baptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam nama Tuhan Yesus Kristus, juga merupakan bentuk lain dari monophysit ala Eutiches, sebab baptisan ini selain mencampur baurkan Keilahian Yeshoo Mshikha sebagai Kalamullah dengan Kemanusiaan Yeshoo Mshikha juga mubazir dan overlapping; pembaptisan nama ganda, yakni nama Bapa, Anak dan Roh Kudus di satu pihak dan nama Tuhan Yesus Kristus di pihak lain. Bila yang dimaksud dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, lalu kemudian dimateraikan dalam nama Tuhan Yesus Kristus, sebab dalam dan atau nama Tuhan Yesus Kristus adalah memang nama di atas segala nama dan segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi bertekuk lutut, dan segala lidah mengaku bahwa Dia adalah Tuhan, memang benar. Tetapi di sinilah letak persoalannya, karena seringkali ayat itu dimanipulasi. Betapun kepada Dia dikaruniakan nama di atas segala nama dan segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi bertekuk lutut, dan segala lidah mengaku bahwa Dia adalah Tuhan, bukanlah bermakna bahwa Bapa yang ada di langit (sorga) itu bertekuk lutut, melainkan perlu dan sangat penting diperhatikan bahwa itu adalah untuk kemuliaan Alaha, Bapa (Flp. 2: 9-11).
Karena itu Tradisi Rasuliah Tertulis, al-Kitab tidak pernah memberi lampu hijau akan baptisan seperti hal-hal tersebut di atas, sebab hal itu jelas mengaburkan Ketuhanan dan Keilahian Yeshoo Mshikha. Al-Kitab sebagai Tradisi Rasuliah Tertulis yang merupakan bagian dari Tradisi Rasuliah Lisan (cf. II Tes. 2: 15) hanya menyatakan baptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, atau baptis dalam nama Yesus Kristus atau nama Tuhan Yesus Kristus (Mat. 28: 19; Kis. 2: 38; 8: 16; 10: 48; 19: 5).
Apabila memakai baptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, ya titik, begitu saja, tidak perlu ditambah, yaitu atau dan dalam nama Tuhan Yesus Kristus, karena merupakan bidah sesat monophysit ala Eutyches dan mubazir serta overlapping. Dan jika baptisan itu memakai nama Tuhan Yesus Kristus atau dalam nama Tuhan Yesus atau dalam nama Yesus Kristus tanpa embel-embel lagi, ya boleh-boleh aja karena Tradisi Rasuliah Tertulis memang menyatakan demikian juga, namun bukan dalam pengertian Tuhan Yesus Kristus itu Bapa, Anak dan Roh Kudus, melainkan nama itu dipakai untuk materai dalam makna kemuliaan Alaha, Bapa (Cf. Flp. 2: 9 & 11). Kemulian Bapa adalah kemuliaan Anak (dalam arti Kalamullah/Firman Alaha) dan sekaligus juga kemuliaan Roh Kudus (RohNya Alaha), karena Bapa (Wujudullah), Anak (Kalamullah/Firman Alaha/FirmanNya Alaha) dan Roh Kudus (Rohullah/Roh Alaha/RohNya Alaha) adalah Alaha yang Maha Esa, itu tidak bisa dipisah-pisahkan. Hati-hatilah akan hal ini, sebab jika masalah tekhnis cara baptisannya saja sudah dipersoalkan, apalagi masalah atas nama siapa baptisan itu dilaksanakan dan dimateraikan, sangatlah perlu diperhatikan, karena Pribadi yg dinamakan itulah yang mensahkan dan memateraikan baptisan tersebut, bukan si pembaptis dan bukan juga tekhnis atau cara baptisannya dan bukan pula air babtisannya.
Demikian, kiranya bermanfaat bagi umat Masihiyim. Ya, Maranatha. Topik ini berakhir sampai di sini, namun pujian dan penyembahan kepada Alaha tidak pernah berakhir.
Catatan:
(1) Dalam s 3 Ali Imran 45 demikian artinya: .. namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan. .
(2) Maryam Bunda Alaha, sama sekali bukan untuk menyembah Maryam, karena yang pantas disembah hanyalah Alaha Tritunggal Maha Esa; Bapa, Anak dan Roh Kudus. Memang ada banyak umat Kristen yang aneh dewasa ini, bahkan yang gemar mengaku-aku penuh Roh Kudus, tidak mau menerima Maryam Bunda Alaha, pada hal justru ketika penuh Roh Kuduslah Elisabeth sanggup menyebut Maryam yang jauh lebih mudah dari dirinya tersebut sebagai Bunda Tuhannya (Luk 1: 41, 43). Banyak umat saat ini menentang Roh Kudus ketika mereka menolak Maryam Bunda Alaha, dan sesungguhnya mereka sama sekali tidak tuntas memahami pribadi Yeshoo Mshikha. Pada saat mereka menolak Maryam Bunda Alaha, maka Yeshoo Mshikha, Anak yang dilahirkan Maryam tersebut adalah sekedar Manusia. Tetapi kalau mereka juga mengakui Dia adalah Alaha, maka pertanyaannya, kapankah Anak yang dilahirkan Maryam tersebut Alaha? Apakah ketika umur 1 hari, 1 tahun atau 30 tahun? Tentu apapun jawabannya, Dia bukanlah Alaha, sebab Alaha tidak berawal dan tidak berakhir. Sebab itu Gelar Maryam Bunda Alaha sangat penting. Gelar itu sama sekali tidak berhenti ditujukan pada Maryam, melainkan pada akhirnya diarahkan pada Anak yang dilahirkan Maryam itu sendiri. Artinya gelar itu adalah mempertegas bahwa yang dilahirkan Maryam itu bukan hanya sekedar Manusia, tetapi Dia adalah juga Alaha sendiri. Dengan kata lain dan singkat, gelar itu adalah mempertegas Keilahian Isha al-Masih.
(3) Dalam Yesaya 44: 6 dan 24 ini sangat jelas menelanjangi dan membongkar kesesatan saksi Yehuwa. Sebab bila dalam ayat ini dinyatakan bahwa tidak ada al-Ilah (Alaha) yang lain selain TUHAN yang menciptakan semesta alam, pada hal saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus adalah Alaha lain yang lebih rendah dari Bapa (Alaha) atau makhluk utama yang mencipta alam semesta, bukankah itu syrik yang mempersekutukan Pencipta dengan yang dicipta. Jika dalam ayat itu juga ditegaskan bahwa Alaha menjadikan segala sesuatu, seorang diri, pada hal saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus juga mencipta, bukankah hal itu bertolak belakang karena telah ada 2 pribadi yang mencipta, yaitu Alaha dan Yesus sebagai makhluk utama ciptaan Alaha? Bukankah hal itu telah menyatakan bahwa Alaha membutuhkan pertolongan makhluk ciptaanNya untuk menciptakan yang lainnya? Saksi Yehuwa adalah syrik, sesat dan menyesatkan ditinjau dari ayat tersebut di atas karena menghina Alaha dan mempersekutukan Alaha Pencipta dengan yang dicipta untuk mencipta alam semesta.
(4) Injil bercerita dan ditulis pada abad pertama, tetapi Injil-injil yang diajukan oleh Dan Brown dalam Novel Davinci Code; injil Yudas, injil Thomas dan injil-injil Gnostik lainnya itu adalah ditulis paling dini abad ke- 3. Maka dapat dipastikan bahwa injil-injil tersebut hanyalah mencatut nama-nama Rasul dan Maria oleh penulis injil-injil tersebut setelah Rasul-rasul dan Maria wafat. Di sinilah pentingnya apa yang disebut Tradisi Rasuliah (Paradosis) dalam Kanisah Orthodox, yaitu semacam Sanad dalam Islam. Dalam Orthodox Syria, Kepemimpinan, Keimamatan (Penggembalaan) dan Pengajaran itu harus bisa diurut ke belakang dari mana asal-usulnya. Paling tidak apapun yang disangkut pautkan dengan Iman dan Kanisah (Gereja) harus bisa dirujuk paling tidak 3 generasi, yaitu generasi ke 1, Para Rasul, generasi ke 2, murid-murid Para Rasul dan generasi ke 3, murid-murid dari murid-murid para Rasul. Kalau tidak bisa dibuktikan harus ditolak (Lihat juga II Tes 2: 15; Flp. 3: 17; II Tim. 1: 13, 14; Flp. 4: 9; II Tes. 3: 6; I Tim. 6: 3 - 5; II Tim. 2: 2, dan Mat. 16: 19; Kis. 14: 23; Kis. 20: 17).
Dahabi al-Fam/MustaHiqqun
Komentar
Posting Komentar