Sakramen Perjamuan Kudus

Dari semua tujuh sakramen, Perjamuan Kudus adalah yang terbesar dan paling mulia, karena ajaran sejati Gereja mengajarkan kepada kita bahwa ketika imam mengulangi kata-kata Tuhan, "Inilah Tubuh-Ku dan inilah Darah-Ku(Matius 26: 26-28), saat imam merayakan Liturgi Suci dan memanggil Roh Kudus, kita percaya dan mengakui bahwa Tuhan dan Allah kita Yesus Kristus hadir dalam bentuk roti dan anggur yang ada di altar dihadapan imam.

Karena itu Kanisah Orthodox Syria percaya dan mengakui bahwa dengan menerima Ekaristi Kudus, kita benar-benar memakan Daging dan meminum Darah Juruselamat kita Yesus Kristus untuk kehidupan kekal agar kita dapat tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam kita.

Yohanes 6:53-56
Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

Dalam Perjamuan Kudus, kita manunggal dengan Kristus, karena tubuh dan darah-Nya secara sakramental masuk kedalam diri kita, dengan demikian secara sakramental kita telah manunggal dengan-Nya, sebab itu dikatakan oleh Alkitab: ”Bukankah Cawan Pengucapan Syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah Roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan Tubuh Kristus?”( I Korintus 10:16).

Kata persekutuan tersebut artinya kita bersatu, tinggal bersama, diam didalam. Kita tidak tahu bagaimana roti dan anggur itu menjadi sarana panunggalan kita dengan darah dan tubuh Kristus, itulah sebabnya peristiwa ini disebut sebagai “Mystirion”. Prinsip yang terjadi dalam peristiwa ini adalah sama dengan peristiwa “TurunNya Kalimat Allah Menjadi Daging”(Yohanes 1:14), dimana dalam wujud-Nya yang jasmani manusia itu “berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan”(Kolose 2:9), demikian pula dalam wujudnya yang roti dan anggur itu berdiam secara sakramental seluruh kepenuhan Daya Inkarnasi Kristus, yaitu seluruh keberadaan tubuh dan darah-Nya yang sekarang mulia di sorga itu.

Jadi yang ada dalam Sakramen itu bukanlah tubuh Kristus yang masih tunduk pada maut, namun Tubuh yang sekarang mulia di sorga itu (Filipi 3:20-21). Sehingga dalam Perjamuan Kudus kita bukan “makan daging busuk” ataupun “minum darah anyir” dari suatu mayat, namun manunggal dalam Tubuh kemanusiaan Kristus yang sekarang telah dimuliakan, agar kita juga menyatu dalam kemuliaan Kristus. Dengan panunggalan kita dengan tubuh dan darah kemuliaan Kristus secara Sakramental ini kita diangkat ke dalam realita sorgawi dimana Kristus ada, bukannya kita menurunkan Kristus untuk masuk ke dalam Roti dan Anggur. Jadi kita yang diangkat keatas manunggal dengan Kristus. Maka Perjamuan Kudus adalah merupakan perjumpaan kita secara pribadi dengan Allah melalui Kalimat-Nya yang menjadi manusia: Yesus Kristus. Disinilah tempat dimana kita bertemu dengan-Nya serta mengundang Dia untuk memasuki jiwa kita.

Tata Cara menerima perjamuan kudus, yaitu imam harus berhati-hati bahwa margonyotho, yaitu potongan-potongan Tubuh Suci(Roti Perjamuan) yang dipercikkan dengan Darah Kristus(Anggur), dilestarikan dengan hati-hati dalam piala kecil khusus yang disepuh di bagian dalam. Piala harus diatur di tabernakel yang dipasang di altar dan didirikan di tengah tempat kudus. Pintu Kemah Suci harus tetap dikunci. Sesuai dengan tradisi gereja, roti yang akan ditahbiskan untuk Liturgi Suci adalah roti datar yang terbuat dari adonan gandum yang dicampur dengan sebagian kecil ragi dan garam dan dicetak dengan segel khusus. Saat menyiapkan adonan, imam, sesuai dengan tradisi kuno Gereja kita, menggunakan ragi sebagai bagian dari adonan yang digunakan untuk memanggang roti untuk Liturgi pada waktu sebelumnya. Ini adalah ungkapan lain dari kesatuan dan kesatuan sakramen Komuni yang ditawarkan di gereja-gereja kita di seluruh dunia dari zaman para rasul. Para imam harus dengan tekun memberitahu kepada umat beriman untuk mengambil bagian dalam Ekaristi Suci pada hari Minggu dan pada perayaan-perayaan Tuhan kita. Di atas segalanya, mereka harus sangat berhati-hati agar kanon Gereja diamati dengan tekun. Kanon-kanon semacam itu diletakkan di bawah semua orang Kristen, jika mereka tidak mengakui dosa-dosa mereka setidaknya sekali setahun dan mengambil bagian dari Ekaristi Suci setidaknya sekali, pada Kamis Putih. Orang beriman yang ingin menerima Ekaristi Kudus dan telah melakukan dosa harus mengakui dosa mereka kepada para imam bahwa, dengan kemurnian jiwa, mereka mungkin layak untuk mengambil bagian dalam Ekaristi Kudus. Orang beriman yang ingin menerima Ekaristi Kudus harus puasa penuh tiga jam sebelum waktu mengambil bagian dalam Ekaristi Kudus. Para imam dilarang keras untuk memberikan Perjamuan Kudus kepada orang yang berada di bawah kutukan atau penangguhan atau orang-orang tidak percaya kecuali, pertama-tama, mereka secara terbuka mengakui iman Orthodox dan menjadi sepenuhnya dalam persekutuan dengan Gereja Suci. Demikian juga, misteri-misteri Suci tidak harus diberikan kepada yang tidak taat yang pelanggarannya diketahui secara terbuka kecuali mereka, pertama-tama, benar-benar dan dengan sungguh-sungguh bertobat dari dosa-dosa mereka dan kecuali penyesalan sejati mereka diketahui oleh seluruh jemaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yesus dikubur dengan dikafani

Do'a Bapa Kami Bahasa Aram