Ketu(h)an Yesus

Yesus Tu(h)an atau Tuhan (God) ?

Apa artinya Yesus disebut Tu(h)an oleh umat Kristen? Mengapa seorang nabi diangkat sebagai Tuhan? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini sering kita dengar dari orang-orang diluar iman Kristen. Sebagai orang Kristen, kita harus menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan kebenaran Alkitab sendiri.
Harus dipahami lebih dulu, sebutan Tu(h)an pada Yesus itu menunjuk pada Lord atau God. Di dalam Alkitab, dua sebutan tersebut dibedakan ketika menunjuk pada Yesus, Sang Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Salah satu contohnya dapat dilihat dalam:
Kisah Rasul 2:36
Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
Di dalam Alkitab bahasa Arab, ayat tersebut berbunyi: “... annallaha ja’a Yasu’a hadzal-ladzi sholabtumuhu antum Rabban wa Masihan”. Petrus menyatakan bahwa Allah menjadikan Yesus sebagai Rabb/Lord/Kurios dan Masih/Christ/Christos. Dalam suratnya pada jemaat Filipi, Paulus juga menyatakan bahwa Yesus adalah Lord bagi kemuliaan Allah Bapa (Anna Yasu’Al-Masih huwa Rabb li majdillah al-Ab).
Kata “Tuhan” yang dikenakan pada Yesus dalam ayat diatas menunjuk gelar kepenguasaan Allah yang dilimpahkan pada manusia Yesus. Hal ini sesuai dengan pengharapan mesianik dalam Perjanjian Lama bahwa Mesias akan disebut sebagai Lord (Ibr: Adonay).
Mazmur 110:1
Neum YHWH L’doniy, Syev li-miniy..
Artinya:
Firman TUHAN (YHWH) kepada Tuanku (Adonay), duduklah di sebelah kananKu
Ayat diatas dipahami sebagai nubuatan tentang Sang Mesias yang dijanjikan. Sebelum kedatangan Yesus, para rabbi Yahudi sudah mengerti bahwa ayat tersebut berbicara tentang Mesias. Misalnya, Rabbi Yodan yang mengajar atas nama Rabbi Ahan bar Hainan mengatakan bahwa Yahweh akan memanggil Mesias sebagai Tu(h)an/Adonay dan menempatkanNya di sebelah kananNya.
Pada masa pelayananNya, Yesus juga pernah menyinggung nubuat tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam Matius 22:43-44
“Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu.”
Ayat diatas membuktikan bahwa gelar Mesias sebagai Adonay/Tu(h)an sudah tidak asing pada masa itu. Dan memang, seperti yang sudah disinggung diatas, para rabbi sebelum jaman pelayanan Kristus juga sudah memahaminya. Dalam konteks inilah, Yesus menyatakan dalam Injil Matius 28:18, bahwa diriNya memegang segala kuasa di surga dan di bumi. Sabda Yesus ini jelas dilatarbelakangi oleh nubuatan Mesianik dalam Perjanjian Lama.
Jadi kalau kemudian ditanyakan, apakah Yesus itu Tu(h)an? Ya, Dia memang Tu(h)an dalam kapasitasnya sebagai Mesias yang hadir untuk menjalankan kepenguasaan Allah atas alam semesta. Bandingkan dengan Daniel 7:13-14. Ayat tersebut berkisah tentang akan hadirnya tokoh eskatologis yang akan memegang kekuasaan atas segala bangsa. Dapat kita katakan bahwa Yesus, bi-idznilillah (dengan izin Allah), bergelar Lord (Arab:Rabb) dan Mesias (Arab:Almasih).
Nah, penghayatan iman Kristiani tentang ketu(h)anan Sang Mesias ini memang sepenuhnya berasal dari Perjanjian Lama sendiri. Seharusnya dalam konteks dialog agama-agama, karena gelar Almasih di dalam Qur’an juga diterapkan untuk Yesus, maka umat Islam perlu mempelajari kitab Perjanjian Lama untuk memahami secara utuh gelar Almasih bagi Yesus.
Lalu yang kedua, apa maknanya bila Yesus adalah TUHAN (GOD)? Benarkah Yesus itu Allah? Ya, Yesus adalah Allah. Namun pertanyaan ini menuntut penjelasan lebih jauh. Dalam makna apakah Yesus disebut sebagai Allah? Biasanya sering dikatakan dengan nada sinis, “bukankah Yesus itu seorangnabi? Mengapa umat Kristen menuhankan seorang nabi?
Harus dijawab, bahwa Yesus memang seorang nabi, jabatan yang dikenakan dalam kemanusiaanNya. Dalam Perjanjian Lama ditegaskan bahwa Mesias adalah seorang Nabi, Imam dan sekaligus Raja. Lalu bagaimana mungkin seorang manusia disebut sebagai Allah? Pertanyaan ini muncul karena seseorang langsung melihat pada wujud kemanusiaan Yesus. Padahal Alkitab tidak hanya berbicara tentang kemanusiaan Yesus, tetapi juga keilahianNya sebagai Kalimatullah (Logos) yang satu dalam Dzat Allah.
Ya, Yesus memiliki dua tabiat. TabiatNya yang pertama, yakni hakekatNya yang asali adalah keilahianNya sebagai Kalimatullah (Yoh 1:1). Sedangkan tabuatNya yang kedua ada ketika Ia berinkarnasi (Yoh 1:14). Yang pertama kekal, tidak diawali oleh waktu karena Ia adalah Firman yang bereksistensi dalam dalam diri Allah. Sedangkan kemanusiaanNya ada ketika Kalimatullah itu berinkarnasi, memasuki dimensi ruang dan waktu.
Baba shenouda, Paus dari Gereja Orthodoks Koptik, menulis tentang dua tabiat Kristus dalam bukunya: Thabi’at al-Masih (Natur Almasih):
السيد المسيح هو الإله الكلمة المتجسد، له لاهوت كامل، وناسوت كامل، لاهوته متحد بناسوته اختلاط ولا امتزاج ولا تغيير
“As-Sayyid al-Masih huwa al-Ilah al-Kalimat al-mutajassid lahu lahutun kamil, wa nasutun kamil, lahutuhu muttahidun bi nasutihi bi-ghayri ikhtilathin wa la imtizaj wa laa taghyir"
Artinya:
“Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah, Sang Firman yang menjadi manusia. Sempurna dalam keilahian dan sempurna dalam kemanusiaan. KeilahianNya menyatu dalam kemanusiaanNya tanpa bercampur, berbaur atau mengalami perubahan.”
Dinyatakan diatas bahwa Ia memiliki dua tabi’at yang keduanya sempurna dalam masing-masing hakekatNya. KeilahianNya menunjuk hakekat Yesus sebagai Kalimatullah dan Kalimatullah itu adalah Allah sendiri (Yoh 1:1). Kemudian, Kalimatullah itu nuzul/turun menjadi manusia (tajassud/inkarnasi), sesuai dengan Yohanes 1:14.
Penjelasan lain mengenai dua tabiat Kristus dapat dibaca dalam tulisan Anba Yuanis dalam bukunya: ‘aqidat al-Masihiyyin fi al-Masih:
لانسان محدود له بداية و نهاية. له تاريخ ميلاد و له تاريخ وفاة. لكن المسيح له المجد له ميلادان. ميلاد في الزمان و ميلاد قبل الزمان. ميلاد في الزمان حينما ولد من العذراء الطاهرة مريم. و ميلاد قبل الزمان و هو ولادته من الاب قبل كل الدهور. و هذه هى الازلية. المسيح ابن الله ازلى ابدى.
لا بداية ايام له , و لا نهاية حياة. و هذه الصفة يتصف بها الله وحده 
Al-Insanu mahdud lahu bidayatun wa nihayatun. Lahu tarikh milad wa lahu tarikh wafat. Lakin al-Masih (lahu al-Majdu) lahu miladani. Milad fi al-zaman wa milad qabla al-zaman. Milad fi al-zaman hinama wulida min al-‘adzra’ ath-thahirah Maryam. Wa Milad qabla al-zaman wa huwa wiladatuhu min al-Abi qabla kulli ad-duhur. Wa hadzihi hiya al-Azaliyyah. Almasih Ibnullah azali abadi. Laa bidayatun ayyam lahu, wa laa nihayatun hayat. Wa hadzihi al-shifati yattashifu biha Allah wahdahu.”
Artinya:
“Manusia adalah makhluk terbatas yang memiliki awal dan akhir. Ada kelahiran dan kematian. Namun Almasih (bagiNya kemuliaan), memiliki dua kelaihran. Yakni kelahiran dalam ruang dan waktu (inkarnasi), dan kelahiran sebelum adanya ruang dan waktu. Kelahiran dalam ruang dan waktu ketika inkarnasiNya melalui perawan Maria yang disucikan. Dan kelahiran sebelum ruang dan waktu adalah kelahiran kekal dari Sang Bapa sebelum segala jaman. Artinya Almasih itu kekal dan abadi (dalam hakekatNya sebagai Kalimatullah). Dia tidak diawali oleh hari-hari dan hidupNya tidak berkesudahan. Sifat seperti ini hanya dimiliki oleh Allah sendiri.”
Iman Kristen sejati tidak pernah mempercayai ada manusia yang bisa menjadi Allah. Namun yang dipercayai dan diberitakan oleh iman Kristen adalah Allah, melalui FirmanNya telah menjadi manusia demi keselamatan kita semua. Karena itu bila ada pertanyaan, sejak kapan Yesus menjadi Tuhan (God)? Kita bisa pastikan bahwa si penanya belum memahami sama sekali ajaran iman Kristen. Sebab bagaimana mungkin pernah ada waktu bahwa Firman Allah itu bukan Allah? Firman itu adalah Allah dari kekal sampai kekal. Ia tidak pernah berhenti menjadi Allah, karena Kalimatullah adalah sifat Dzatiyyah yang berdiam dalam Dzat/Ousia/Wujud Allah. Dan secara logis harus dipahami bahwa apa yang berada di dalam Wujud Allah adalah Allah sendiri.

Salam Kasih Dalam Kristus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Do'a Bapa Kami Bahasa Aram

Doa pentahiran Kristen ortodoks syria