Kiblat Kristen Ortodoks Syria
Fondasi kiblat sebagai simbol yang telah dibicarakan dalam Perjanjian Lama adalah merupakan dasar yang tetap dipertahankan oleh Kanisah ( Gereja ) Orthodoks Syria dalam ibadahnya, walaupun sesungguhnya menyembah Allah haruslah menyembah dalam roh dan kebenaran
Kata Isa ( Yesus ) kepadanya, “Hai perempuan, percayalah kepada-Ku, akan tiba waktunya kamu akan menyembah Sang Bapa bukan lagi di atas bukit ini atau di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, sedangkan kami menyembah apa yang kami kenal karena keselamatan itu datang dari bani Israil. Tetapi, waktunya akan tiba dan sedang tiba bahwa penyembah-penyembah sejati akan menyembah Sang Bapa dalam ruh dan kebenaran karena Sang Bapa mencari penyembah-penyembah yang demikian. Allah itu Ruh, dan siapa menyembah Dia, ia harus menyembah-Nya dalam ruh dan kebenaran.”
(Yoh. 4:21-24), yang bermakna bahwa dimanapun umat berada harus menyembah Dia dengan mata dan hati yang hanya tertuju kepada Dia semata-mata dengan tulus ikhlas dan penuh kasih sesuai dengan kebenaran firman-Nya.
Berbicara menyembah dalam roh dan kebenaran seringkali ditafsirkan kurang tepat oleh banyak hamba-hamba Allah. Sebab itu ada baiknya dijelaskan bahwa roh yang ada pada manusia adalah salah satu yang membedakan manusia dengan binatang yang hanya hidup berdasarkan naluri atau insting. Melalui roh atau tepatnya oleh roh manusia yang telah disucikan oleh Darah Isa Almasih (Yesus Kristus) dan dibaharui oleh Roh Kudus, orang percaya hidup dan bergantung terus menerus kepada Dia, hidup terus menerus memuji dan menyembah Dia. Dengan kata lain orang percaya hidup dalam berkomunikasi dengan Allah, entah dalam berbentuk pujian, pengagungan, penghormatan, doa, dan penyembahan adalah oleh roh dan tentu saja binatang tidak dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan oleh orang percaya tersebut, karena binatang hidup hanya dengan naluri dan insting. Itulah sebabnya Anjing, misalnya, tidak pernah berdoa : “Ya Allah selamatkanlah aku dari tangan – tangan orang Batak, orang Ambon, orang Manado yang mau memakan aku.” Ya binatang tidak mungkin berdoa seperti itu sebab mereka tidak punya roh.
Namun demikian perlu juga ditegaskan bahwa tidak semua manusia yang punya roh dapat dengan benar memuji dan menyembah Allah dengan benar. Banyak mayat-mayat hidup yang berjalan di muka bumi ini, karena sesungguhnya mereka hanya hidup secara jasmani saja, akan tetapi roh mereka telah mati - putus hubungan dengan sang khalik. Sebab itu hanya roh manusia yang telah disucikan oleh Darah Isa Almasih (Yesus Kristus) dan dibaharui oleh Roh Kudus saja yang dapat memuji dan menyembah Allah yang benar.
Inilah yang dimaksud menyembah dalam roh dan kebenaran. Kebenarannya bahwa tidak setiap orang dapat menyembah Allah dalam roh, mekainkan hanya roh setiap orang yang telah disucikan oleh Darah Isa Almasih (Yesus Kristus) dan dibaharui oleh Roh Kudus saja yg dapat menyembah Allah dengan benar. Jadi sekali lagi, yang dimaksud Isa Almasih ( Yesus Kristus ) menyembah Allah di dalam roh dan kebenaran, adalah hanya roh manusia yang telah disucikan oleh darah-Nya dan yang telah dibaharui oleh Roh Kudus, sedangkan roh manusia yang tidak percaya tidaklah mungkin dapat menyembah Allah yang benar, sebab roh mereka sesungguhnya telah mati (mati dalam makna putus hubungan dengan sang Pencipta) oleh karena dosa–dosa mereka sendiri.
Itulah ajaran dan perintah Isa Almasih ( Yesus Kristus ) yang patut dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan segenap hati, segenap kekuatan, dan dengan segenap akal budi, serta dengan segenap ketulusan yang didasarkan atas cinta kasih, bukan karena paksaan. Hal inilah yang pertama dan terutama perlu disadari dan diyakini.
Hal yang kedua, Kanisah Orthodoks Syria sebagai Kanisah yang didirikan oleh Isa Almasih ( Yesus Kristus ) sendiri di atas fondasi para Nabi dan para RasulNya sebagai Batu Karang, dan di atas fondasi Pengakuan para Rasul bahwa Yesus adalah Almasih/Kristus (Mesias) sebagai Batu Penjuru
Jawab Simon Petrus, “Ya Junjungan, Engkaulah Almasih (Kristus), Sang Anak yang datang dari Allah Yang Hidup.”
Kata Isa (Yesus) kepadanya, “Berbahagialah engkau, hai Simon bin Yunus karena bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Aku pun berkata kepadamu, engkau adalah Petrus, dan di atas batu ini Aku akan membangun jemaah-Ku, dan pintu-pintu alam maut pun tidak akan menguasainya.
(Matius 16: 16 - 19),
Sebab itu, kamu bukan lagi orang asing atau pendatang, melainkan sewarga dengan orang-orang saleh dan turut menjadi anggota keluarga Allah yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi dengan Isa Almasih (Yesus Kristus) sebagai batu penjuru utamanya. Di dalam Dia seluruh bangunan itu sama-sama disusun dan bertumbuh menjadi Bait Allah yang suci di dalam Tuhan. Di dalam Dia juga kamu sama-sama dibangun menjadi tempat kediaman Allah melalui Ruh-Nya.
(Efesus 2: 19 - 22), dari sejak awalnya sebagai Kanisah dan sebagai pewaris langsung semua Ajaran, Tradisi dan Cultur Yeshoo Mshikha / Isa Almasih/Yesus Kristus dan para Rasul sampai kini apabila mereka beribadah (sholat), mereka mengahadapkan diri ke arah Kiblat yaitu ke arah Timur sebagai simbol penyatuan umat dan penyatuan hati (roh) umat untuk memuji dan menyembah Allah yang Roh yang berada di Surga itu sekaligus sebagai manifestasi dan pengharapan umat akan kedatangan Isa Almasih ( Yesus Kristus).
Arah kiblat sebagi simbol – sekali lagi, simbol – ke Timur sebagai penyatuan umat dan penyatuan hati (roh) umat untuk menyembah Allah yang Roh itu sekaligus sebagai manifestasi dan pengharapan ummat akan kedatangan Isa Almasih (Yesus Kristus) dilatar belakangi Baitullah (Bait Allah) di Yerusalem yang telah digenapi oleh Isa Almasih (Yesus Kristus) ketika Dia mengatakan:
“Runtuhkan Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali. Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: Empat puluh enam tahun orang mendirikan Baitullah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkanNya Baitullah adalah TubuhNya sendiri”
Kata Isa (Yesus) kepada mereka, “Runtuhkanlah Bait Allah ini dan Aku akan membangunnya kembali dalam tiga hari.” Lalu, kata orang-orang Israil itu, “Empat puluh enam tahun lamanya Bait Allah ini dibangun, dan Engkau akan membangunnya dalam tiga hari?” Namun, Bait Allah yang dimaksudkan oleh Isa (Yesus) adalah tubuh-Nya sendiri.
(Yohanes 2: 19 - 21).
Dengan demikian Isa Almasih (Yesus Kristus) adalah Bait Allah yang hidup, sehingga berkiblat yang benar adalah menghadapkan wajah umat kepada Dia sebagai Kiblat yang hidup dan benar itu. Akan tetapi persoalannya sekarang dimana saat ini Sayyidina Isa Almasih ( Tuhan Yesus Kristus ) berada, sebagai Bait Allah yang hidup yang kepada Dia kita menghadapkan dan mengarahkan wajah serta hati kita ? Tentu setiap umat Kristen pastilah mengatakan bahwa Dia telah berada di Surga
Tetapi, kita adalah warga surga. Dari sanalah akan datang Penyelamat yang kita nantikan, yaitu Isa Almasih (Yesus Kristus), Junjungan kita Yang Ilahi.(Flp 3:20), sehingga Kiblat tidaklah menghadapkan dan mengarahkan wajah dan hati ke arah tempat tertentu, kecuali ke Surga tempat dimana Sayyidina Isa Almasih ( Tuhan Yesus Kristus) sebagai Bait Allah yang hidup itu berada. Sebab itu,
sekarang timbul pertanyaan, dimanakah Surga itu berada ? Surga bukanlah suatu ruang atau dimensi seperti yang dimengerti dan dirasakan atau dialami umumnya manusia saat ini. Surga itu adalah suatu suasana suka cita, damai sejahtera, karena Allah bersemayam dan hadirat Allah ada dalam tempat suasana tersebut. Karena itu untuk mengungkapkan dan membuat simbol Kiblat, yaitu Bait Allah yang hidup yang telah berada di Surga itu, Tradisi Rasuliah atau Paradosis Tertulis, Al-Kitab menyatakan bahwa Eden sebagai simbol Surga tersebut berada di sebelah Timur
Allah, Al-Khalik, membuat Taman Firdaus di Eden, di sebelah timur. Di sanalah Ia menempatkan manusia yang telah dibentuk-Nya itu. (Kejadian 2: 8). Oleh sebab itu Kanisah Orthodoks Syria yang mewarisi semua kekayaan iman umat Kristen itu sampai saat ini melakukan sholat dengan berkiblat ke arah Timur sebagai simbol Kiblat Baitullah yang hidup yang telah ada di Surga itu.
Kemudian lain dari pada itu Sayyidina Isa Almasih ( Tuhan Yesus Kristus) dinyatakan akan datang kembali bagaikan kilat yang memancar dari sebelah Timur dan melontarkan cahayanya sampai ke Barat
Karena sama seperti kilat memancarkan cahayanya dari timur ke barat, demikianlah pula kedatangan Anak Manusia kelak
(Mat 24:27).
Maka untuk menyatakan dan menggambarkan kesiapan umat menyongsong dan sebagai manifestasi pengharapan umat akan kedatangan Sayyidina Isa Almasih (Tuhan Yesus Kristus) yang datang kembali bagaikan kilat yang memancar dari Timur itu, Kanisah Orthodoks Syria sampai kini melesetarikan ibadah sholat dengan megarahkan atau menghadap ke Timur sebagai simbol.
Baitullah ke arah Timur itu hanyalah merupakan sebagai simbol untuk penyatuan umat dan penyatuan hati (roh) umat untuk menyembah Dia dalam roh dan kebenaran ke arah Kiblat yang ada di Surga tersebut, sekaligus manifestasi dari pengharapan umat akan kedatangan Isa Almasih (Yesus Kristus ) untuk menjemput dan mengubah tubuh umat percaya itu. Dan bukti bahwa itu benar-benar hanya merupakan simbol yang bermakna, maka umat Kristen tidak mempunyai keyakinan bahwa bertamu dengan Allah adalah di suatu tempat tertentu, seperti misalnya, di Yerusalem ataupun di Baitlehem atau ditempat lainnya.
Ini perlu ditegaskan sebab sudah banyak orang Kristen akhir-akhir ini bertamu, beribadah dan berdoa di tempat tertentu, seperti di Korea atau di bukit doanya Paul Yonggi Choo, segala doa dan permohonannya dikabulkan. Ini tidak benar, sebab itu, bersyukurlah kepada Allah bahwa umatNya tidak diperintahkan untuk bertamu dengan Dia dan berdoa kepada Dia hanya di suatu tempat tertentu, umpanya seperti di Yeruslem atau di Baitlehem. Bila tidak itu menjadi suatu tragedi sebab itu berarti pastilah hanya orang yang mampu saja yang bersuka cita, yakni orang kaya yg dapat bertamu dengan Dia di Yerusalem atau di Baitlehem, sementara yang tidak mampu, yakni orang miskin hanyalah dapat gigit jari karena tidak dapat bertamu dengan Dia. Bahkan orang miskin yang lahir dan besar serta tinggal jauh dari Yerusalem atau Baitlehem akan hanya meratapi kemskinannya karena tidak ada yg dapat dijual untuk transportnya ke Yerusalem atau ke Baitlehem, akan tetapi bersuka-citalah orang miskin yang tinggal dekat atau sekitar Yerusalem atau Baitlehem tersebut karena mereka bisa bertamu dengan Allah hanya dengan jalan kaki dan tidak membutuhkan transport, sekalipun jauh lebih miskin dari orang yang tinggal jauh dari kota Yerusalem atau Betlehem tersebut.
Komentar
Posting Komentar