SERI MEMBUKA DAN MENAMBAH WAWASAN.
SERI MEMBUKA DAN MENAMBAH WAWASAN
MONOPHYSIT
Monophysit adalah term atau istilah bahasa Yunani yang berasal dari dua kata, yakni mono yang berarti satu, dan physis yang berarti kodrat atau hakikat. Karena itu Monophysit dapat diartikan sebagai persatuan kodrat. Monophysit dituduhkan merupakan ajaran bida'ah Konsili Khalsedon pada tahun 451. Monophysit menyatakan bahwa Almasih (Kristus) hanya memiliki satu kodrat, yaitu kodrat Ilahi, sedangkan kodrat KemanusiaanNya telah tenggelam dalam KeilahianNya.
Monophysit dipegang dan diajarkan oleh Rahib Konstantinopel, Eutyches.
Monophysit ini direaksi oleh Mar Kyrilos, seorang uskup Aleksandria yang setuju bahwa iman akan nuzulnya Kalamullah (inkarnasi Kalam Allah) hanya terjamin apabila communicatio idiomatum diterima tanpa syarat, dan gelar Walidatulilah yg diberikan kepada Bunda Maryam, maka akibat ini perhatian Mar Kyrilos tertuju pada Steriologis. Tentu saja bagi Mar Kyrilos mustahil, sebab itu Mar Kyrilos menentang pandangan Steriologis dan pemahaman kodrat Isa ( Yesus ) yang dipahami oleh Nestorius tersebut.
Komentar Mar Kyrilos pada Ibadah Qurban (Ekaristi) Nestorius yang menurutnya dalam Ibadah Qurban yang hadir di Altar hanyalah tubuh Manusia, sehingga daya Ilahi tidak ada. Beranjak dari keprihatinan inilah, Mar Kyrilos menegaskan bahwa Kalamullah nuzul atau berinkarnasi menjadi Isa Almasih (Yesus Kristus).
Mar Kyrilos menyatukan kedua kodrat, yakni kodrat Ilahi dan kodrat Manusia demi kesatuan Subjek, yaitu kodrat Ilahi pada Isa Almasih (Yesus Kristus). Pemahaman Mar Kyrilos inilah yg disalah pahami oleh Rahib Eutyches sebagai Monophysit.
Pada hal kesatuan subjek yg dimaksud Mar Kyrilos tersebut adalah kesatuan setelah nuzul atau KESATUAN MENJELMA bahwa Almasih (Kristus) adalah satu (bukan 2, menolak Nestorian), yg berasal dan lahir secara kekal dari Allah tanpa Ibu sebagai Kalamullah, dan dalam ruang dan waktu sebagai Manusia lahir dari Maryam tanpa Bapa. Dan tentu saja KESATUAN SUBJEK yg dimaksud tidak rancu, tidak bercampur dan menjadi satu, dan tidak berubah hingga menghasilkan hal yg baru. Dan sesungguhmya pandangan Mar Kyrilos dari Aleksandria inilah yg menjadi dasar Miaphysit, yang dipegang oleh Kanisah Orthodox non Calsedon (Oriental), namun Miaphysit sering kali disalah pahami hingga dianggap sama dengan Monophysit. Padahal antara Miaphysit dengan Monophysit sangat jauh, sejauh langit dan bumi. Miaphysit adl kesatuan subjek Almasih (Kristus) menjelma yg berasal dari dua, yakni dari Allah sebagai Kalamullah dan berasal dari Maryam sebagai Manusia, hingga Miaphysit mengaku dan menerima bahwa Almasih (Kristus) seutuhnya adalah Allah dan seutuhnya adalah Manusia. Sedangkan Monophysit adalah betul-betul adalah satu yaitu Almasih (Kristus) hanyalah sebagai Allah, karena KemanusiaanNya telah tenggelam dan melebur dalam KeilahianNya, sehingga Almasih (Kristus) itu hanyalah Allah. Monophysit berimplikasi langsung utk menciderai Triados, karena ketika Isa Almasih (Yesus Kristus) disalib dan mati sebagai Manusia, otomatis Allah juga turut mati, sebab KemanusiaanNya telah tenggelam dan melebur dalam KeilahianNya.
DIOPHISYT
Diophysit adalah term atau istilah bahasa Yunani yang berasal dari dua kata, yakni Dio yang berarti dua, dan physis yang berarti kodrat atau hakikat. Jadi Diophysit adalah dua kodrat yg saling berbeda dan terpisah, sehingga Diophysit adalah lawan dari Monophysit.
Diophysit adalah ajaran dari Nestorian, seorang Patriarkh Konstantinopel. Kelompok dan pendukung Nestorian disebut dan dikenal sbg Nestorianisme, yang
muncul dalam Kanisah (Gereja) pada abad ke-5 dimana Nestorian mengajarkan bahwa Isa (Yesus) terdiri dari dua pribadi, yaitu sebagai Manusia Isa (Yesus) dan sebagai Anak Allah, atau Kalam (Logos), bukan sebagai satu pribadi yang manunggal.
Mshikhologi (Kristologi) Nestorian menyatakan bahwa inkarnasi dari Kalam (Ilahi), Pribadi Kedua dari Triados Maha Kudus, sebagai manusia Isa Almasih (Yesus Kristus), sehingga esensi Kemanusiaan dan esensi Keillahian Almasih (Kristus) itu terpisah satu sama lain, dan oleh karena itu ada dua pribadi, yakni pribadi Manusia Isa Almasih (Yesus Kristus), dan pribadi Logos yang Ilahi, yang berdiam dalam manusia Isa Almasih (Yesus Kristus). Konsekuensi dari pengajaran ini menegaskan Allah yg apatis, yaitu Allah yg bersifat egois yg tidak "turut merasakan" penderitaan Logos, yaitu Pribadi ke dua dari Triados, sehingga kaum Nestorian menolak adanya istilah-istilah seperti "Allah menderita " atau "Allah telah disalibkan", karena kemanusiaan Isa Almasih (Yesus Kristus) yang menderita itu terpisah dari KeilahianNya. Demikian pula mereka menolak istilah Walidatulilah
(Bunda Allah) sebagai gelar Maryam, sebaliknya mereka mengajukan gelar Kristotokos (Bunda Kristus) pada Maryam, karena dalam pandangan mereka Maryam hanya melahirkan Pribadi Manusia Isa (Yesus), bukan Pribadi IlahiNya.
Sebenarnya khusus dalam hal tentang Maryam ini dalam komunitas Calsedon, yakni Protestan dan semua turunannya adalah merupakan Nestorianisme, sebab Protestan dan turunannya itu menolak Maryam Walidatulilah (Bunda Allah), tapi menerima pandangan Nestorianisme bahwa Maryam hanya sebatas Bunda Kristus (Kristotokos). Padahal sebenarnya pandangan dari Non Calsedon, seperti Syria Orthodok, Coptic Orthodok, Gereja Apostolik Armenia,
Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia, dan Calsedon spt Byzantium (Yunani) dan Katholik menyatakan Maryam Walidatulilah (Theothokos) bukan hendak memper-illah Maryam, karena memberi gelar Walidatulilah kepada Maryam, bukan berhenti pada diri Maryam itu sendiri, melainkan gelar Maryam Walidatulilah berlanjut justru menegaskan bahwa Dia (Isa Almasih/Yesus Kristus) yg dilahirkan Maryam tersebut bukan saja hanya Manusia melainkan juga adalah Allah. Kendatipun Allah tidak dilahirkan, namun gelar Maryam Walidatulilah sangat penting, untuk menghindari bahwa yg dilahirkan Maryam tersebut hanya kemanusiaan Almasih (Kristus)
Jika kaum Nestorian menyatakan Maryam hanya sebagai Kristotokos, dan hal ini jugalah yg diyakini kaum Protestan dan turunannya yg menolak Maryam Walidatulilah, yg berarti Almasih (Kristus) yg dilahirkan Maryam hanya Manusia, namun sementara dipihak lain, Almasih (Kristus) juga diyakini sebagai Allah, maka pertanyaannya, kapankah Almasih (Kristus) sebagai Manusia yg dilahirkan Maryam itu menjadi Allah? Apapun jawabannya, entah sebelum dikandung atau setelah dilahirkan, entah usia 1 hari, 7 hari, 7 tahun atau setelah selesai dibaptis baru menjadi Allah, maka itu bukan Allah, sebab Allah tidak berawal dan tidak berakhir. Maka karena itu Maryam Walidatulilah adalah untuk menegaskan bahwa Almasih (Kristus) yg dilahirkan Maryam itu bukan saja Manusia, melainkan Dia juga adalah Allah. KeilahianNya adl kekal, baik sebelum nuzul ke dunia ini maupun setelah nuzul melalui Maryam.
Pandangan Nestorian mengenai Almasih (Kristus) ini di anethema dalam Konsili Efesus tahun 431, dan sudah tentu konflik mengenai pandangan ini mengakibatkan Skisma Nestorian, yg memisahkan
Kanisah (Gereja) Byzantium dari Kanisah (Gereja) Timur Assyrian.
Tuduhan Nestorius bagi Kanisah (Gereja) Timur Assyrian adalah karena Kanisah ini menolak untuk menarik dukungan bagi Nestorius dan menolak untuk menyebutnya sebagai bida'ah, sehingga Kanisah (Gereja) ini selanjutnya disebut Kanisah (Gereja) Nestorian oleh Kanisah (Gereja) Barat, untuk membedakannya dari Kanisah-kanisah (Gereja-gereja) Timur kuno lainnya. Pada hal Kanisah (Gereja) Timur Assyrian sesungguhnya tidak menganggap doktrin Kanisah(Gereja)nya sebagai Nestorian, karena sebenarnya Kanisah (Gereja) ini hanya berpegang pada apa yg diajarkan Babai Agung, bahwa Almasih (Kristus) memiliki dua Qnoma (esensi) yang tidak membaur, yg berasal dari Allah sebagai Kalamullah dan berasal dari Maryam sebagai Manusia, dan manunggal abadi dalam satu parsopa (personalitas), dalam Kalam menjelma.
Keberpihakan Kanisah (Gereja) Timur Assyrian atas Nestorian bukanlah karena mendukung dan menerima ajaran Nestorian, melainkan hanya karena menghormati Nestorian sebagai murid dari Theodorus dari Mopsuestia di Antiokhia, Syria, sekaligus untuk menunjukkan kesetiaan mereka pada kerajaan Persia, dimana mereka tinggal, karena kerap kali mereka dituduh menjadi mata-mata dan penghianat disebabkan pusat Kepatriarkhan mereka berada di wilayah Syria Barat yg berada di bawah kekuasaan musuh bebuyutan mereka, yaitu Byzantium (Roma Timur). Dan alasan inilah selanjutnya maka Kanisah (Gereja) Timur Assyrian oleh Patriarkh Antiokhia, Syria memberi Kepala Kanisah (Gereja) mereka tersendiri sebagai Katholikos.
Namun rupanya bagi Persia tidak cukup dengan penerimaan Nestorian oleh Kanisah (Gereja) Timur Assyrian dan memiliki seorang Kepala Kanisah untuk menunjukkan kesetian mereka, maka untuk menghindari tuduhan dan tekanan serta penyiksaan yg terus menerus, maka pada akhirnya Patriarkh Antiokhia, Syria menahbiskan Patriarkh mereka sendiri untuk menunjukkan bahwa seolah-olah tidak ada hubungan lagi antara Kanisah (Gereja) yg ada di Syria Timur tersebut dengan Kanisah (Gereja) di Syria Barat. Inilah awal keterpisahan Kanisah Timur Assyrian (Syria Timur) dan inilah awal mereka punya Patriarkh sendiri hingga sekarang.
MIAPHYTISME
Miaphysit bukan Monophysit seperti yang diajarkan Eutyches (rahib Kanisah Byzantium): persatuan
kodrat, yaitu kodrat ilahi, sedangkan kodrat kemanusiaanNya telah tenggelam dalam keilahianNya, dan apalagi bukan Diophysit: dua kodrat yg saling berbeda dan terpisah seperti ajaran Nestorian (Patriarkh Byzantium).
Sesungguhnya Miaphysit adalah jembatan yg mempertemukan ajaran
yg mengajarkan persatuan kodrat, yaitu kodrat Ilahi, sedangkan kodrat kemanusiaanNya telah tenggelam dalam KeilahianNya (Eutyches) dengan ajaran yg mengajarkan dua kodrat yg saling berbeda dan terpisah seperti, Nestorian.
Miaphysit adalah ajaran Mshikhologi (Kristologi) dimana dalam satu pribadi Isa Almasih (Yesus Kristus) itu, KeIlahian dan Kemanusiaan dipersatukan dalam satu Kodrat dimana kedua KodratNya dipersatukan tanpa pemisahan, tanpa pembauran, dan tanpa alterasi (tanpa berubah).
Theologi Miaphysit didasarkan atas suatu pemahaman mengenai Hakikat (Bahasa Yunani: φύσις, fisis) dari Almasih (Kristus): Ilahi dan Insani: "satu (mia) Hakikat dari nuzulnya (Inkarnasi) Kalamullah (Firman Allah" menjelma (μία φύσις τοῦ θεοῦ λόγου σεσαρκωμένη - mia physis tou theou logou sesarkōmenē), dan tentang kesatuan menurut hipostasis: ἕνωσις καθ' ὑπόστασιν - henōsis kath' hypostasin -, atau kesatuan hipostatik. Almasih (Kristus) yang nuzul atau yang berinkarnasi itu memiliki satu Pribadi ganda, dan satu sifat ganda yang terdiri dari dua sifat: yaitu Ilahi dan Manusia, yang tidak bercampur, tak dapat dipisahkan dan tak berganti-ganti. Bagi Kanisah (Gereja) non Calsedon, Almasih (Kristus) adalah SATU DARI DUA, bukan SATU DALAM DUA.
Lebih jelasnya, Miaphysit dari Kanisah (Gereja) Oriental atau Kanisah (Gereja) non Calsedon ini sesungguhnya pada awalnya diterima Kanisah (Gereja) Calsedon, karena Kanisah (Gereja) non Calsedon hanya percaya sepenuhnya akan Satu Pribadi (ganda) Sayyidina Isa Almasih ( Tuhan Yesus Kristus), dan Satu Sifat ganda yang terdiri dari dua sifat: yaitu Ilahi dan Manusia, yang tidak bercampur, tak dapat dipisahkan dan tak berganti-ganti. Dengan kata lain, dua sifat, yaitu Ilahi dan Manusia, berada dalam Satu Sifat yang tanpa bercampur, tak terlebur dan tidak berubah-ubah, tidak berganti dan tidak rancu. Batasan ini berlaku bagi semua Sifat Keilahian dan KemanusiaanNya.
Dengan demikian, KeilahianNya menyatu dengan KemanusiaanNya, sehingga ketika Isa Almasih (Yesus Kristus) disalibkan tidak pernah meninggalkan TubuhNya. Sebab itu sungguh sangat salah dan sangat menyimpang dari iman Masihiyyan (Kristen) yang universal apabila orang mengatakan, “Almasih (Kristus) itu disalibkan tubuhNya saja.” Tetapi, sebaiknya dikatakan, “Kalimatullah atau Firman Allah yang telah menjadi Manusia itu adalah Tuhan Yang Maha Mulia yang telah disalibkan,” namun, kami mengatakan, “Ia telah menderita dan wafat dalam keadaanNya sebagai Manusia,” sebab KeilahianNya tidak pernah tersentuh penderitaan dan kematian. Sebagai konsekuensinya, Maryam adalah “Ibu dari Dia (Kalimatullah yang telah menjadi Manusia) adalah Ilahi,” dan ungkapan “Engkau yang telah disalibkan gantikan kami” adalah benar sebagaimana diucapkan dan diyakini dalam Trisagion, yang dialami oleh sifat kedua dariNya, yaitu Almasih (Kristus).
Doktrin Miaphysit inilah yang dipegang teguh oleh Kanisah (Gereja) non Calsedon, dan menolak Konsili Calsedon dan dokumen Leo dari Roma, karena Kanisah (Gereja) non Calsedon atau Oriental ini hanya mengakui dasar-dasar iman yang ditetapkan tiga konsili ekumenikal di Nicea tahun 325 M, Konstantinopel tahun 381 M dan Efesus 431 M, yang oleh Kanisah (Gereja) Calsedon juga akui dan terima.
Sebagaimana yg sudah dijelaskan di atas bahwa fondasi Miaphyisit adalah ditegakkan oleh Mar Kyrilos, namun karena orang-orang Antiokhia, Syria berpendapat bahwa rumusan Mar Kyrilos tersebut agak kaku, hingga perlu diberi penjelasan yang lebih tegas, sekaligus menunjukkan kesalah-pahaman Eutyches, maka pada akhirnya pada tahun 433, Mar Kyrilos mengakui dan menerima dokumen Antiokhia, Syria, yang terkenal sebagai “Rumusan Penyatuan Kembali”, dan inilah sebenarnya yang dibacakan dan diterima oleh kelompok Calsedon pada konsili mereka, yaitu konsili ke-4 di Calsedon; yakni dua risalah (surat) Mar Kyrilos, yang salah satunya “Rumusan Penyatuan Kembali” (dokumen Kanisah Antiokhia, Syria atau Kanisah Orthodoks Syria), Qanun al-Iman Nicea-Konstantinofel, dan risalah Paus Leo yang berjudul “Tomus.”
Selanjutnya setelah “Henotikon” dari kaisar Zeno yang tegas menolak monophysit Eutyches (seorang rahib dari Kanisah(Gereja) Orthodoks Yunani/Byzantium) tahun 482 yang mempersatukan seluruh Kanisah (Gereja) Timur (non Calsedon/Oriental), maka penolakan kembali ditegaskan pada ajaran Monophysit dan menjatuhkan hukuman ekskomunikasi kepada Eutyches pada putusan Patriarkh Kanisah (Gereja) Orthodoks Syria, Mar Butrus II, Mar Severius al-Kubra, bahkan juga melalui theolog-theolog Orthodoks Syria: Mar Ishaq al-Anthaki, Mar Philosenos al-Mabuj, Mar Buthros Kurgian, Mar Yaqub Sroug, Mar Sim’un Ashram dan yang lainnya.
Hal-hal tersebut diatas jelas dan tegas bahwa tidak pernah Kanisah (Gereja) Orthodoks Syria menerima Monophysit, tetapi jelas dan tegas dari sejak dulu sampai sekarang menolak Monophysit, sehingga menuduh Miaphysit sama dengan Monophysit (Eutyches) adalah merupakan tuduhan salah alamat.
Jadi sekali lagi, sebenarnya apabila Kanisah (Gereja) Non Calsedon atau Kanisah Oriental difitnah Monophysit dan bi'dah, maka Calsedon juga Monophysit dan bi'dah, sebab Mshikhologi (Kristologi) Non Calsedon (Oriental) adalah apa yg diterima dan diputuskan dalam Konsili ke 3 Efesus, yg juga mereka terima, dan bahkan ditegaskan mereka kembali pada konsili mereka, Calsedon (yaitu konsili yg bagi mereka menjadi konsili ke 4) dengan tambahan Dokumen Syria (Kanisah Orthodoks Syria) PENYATUAN KEMBALI, dan dalil Thomus dr Paus Leo dari Roma.
Karena itu soal fitnah Monophysit yg diarahkan ke Kanisah (Gereja) Oriental sehingga dituduh bidat adalah sangat kejam, namun demikian fitnah tersebut sudah selesai dalam pertemuan yg diadakan di Biara El-Natrun, Mesir pada tahun 1998, dimana pihak yg memfitnah mencabut fitnahan mereka dan mereka minta maaf, karena memang tidak ada perbedaan, tapi sesungguhnya adalah sama dgn Mshikhologi (Kristologi) mereka. Berbeda hanya dalam soal pengungkapan dalam term saja dan juga karena budaya saja. Namun aneh di Indonesia pihak si pemfitnah, mungkin karena kurang "piknik" atau memang sengaja pura-pura tidak tahu karena dari sejak awal mereka tidak suka jika Kanisah Orthodokx Syria hadir di Indonesia, apalagi bertumbuh dan berkembang, maka mereka masih memilihara fitnah tersebut dan bahkan menyebarkannya.
Terimakasih.
Almajdulaka ya Ilahuna, Almajdulaka ya Ilahuna. Aamiin.
#HambatakBerjubah
✝ Komunitas Kristen ortodoks Syria - Indonesia
Komentar
Posting Komentar