Kiblat

     Fondasi kiblat sebagai simbol yang telah dibicarakan dalam Perjanjian Lama adalah merupakan dasar yang tetap dipertahankan oleh Kanisah Orthodox Syria dalam ibadahnya, walaupun sesungguhnya menyembah Allah haruslah menyembah dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:21-24), yang bermakna bahwa dimanapun ummat berada harus menyembah Dia dengan mata dan hati yang hanya tertuju kepada Dia semata-mata dengan tulus ikhlas dan penuh kasih sesuai dengan kebenaran firman –Nya.

Berbicara menyembah dalam roh dan kebenaran seringkali ditafsirkan kurang tepat oleh banyak  hamba-hamba Alaha. Sebab itu ada baiknya dijelaskan bahwa roh yang ada pada manusia adalah salah satu yan membedakan manusia dengan binatang yang hanya hidup berdasarkan naluri atau insting. Melalui roh atau tepatnya oleh roh manusia yang telah disucikan oleh darah Yeshoo Mshikha dan dibaharui oleh Roh Kudus, orang percaya hidup dan bergantung terus menerus kepada Dia, hidup terus menerus memuji dan menyembah Dia.

Dengan kata lain orang percaya hidup dalam berkomunikasi dengan Alaha, entah dalam berbentuk pujian, pengagungan, penghormatan, doa, dan penyembahan adalah oleh roh dan tentu saja binatang tidak dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan oleh orang percaya tersebut, karena binatang hidup hanya dengan naluri dan insting. Itulah sebabnya anjing, misalnya, tidak pernah berdoa : “Ya Alaha selamatkanlah aku dari tangan – tangan orang Batak, orang Ambon, orang Manado yang mau memakan aku.” Ya binatang tidak mungkin berdoa seperti itu sebab mereka tidak punya roh.
Namun demikian perlu juga ditegaskan bahwa tidak semua manusia yang punya roh dapat dengan benar memuji dan menyembah Alaha dengan benar. Banyak mayat-mayat hidup yang berjalan di muka bumi ini, karena sesungguhnya mereka hanya hidup secara jasmani saja, akan teapi roh mereka telah mati - putus hubungan dengan sang khalik. Sebab itu hanya roh manusia yang telah disucikan oleh Darah Yeshoo Mshikha dan dibaharui oleh Roh Kudus saja yang dapat memuji dan menyembah Alaha yang benar. Disinilah yang dimaksud “kebenaran” (yaitu hanya roh yang telah disucikan oleh Darah Yeshoo Mshikha dan dibaharui oleh Roh Kudus), sehingga dikatakan menyembah dalam roh dan kebenaran. Jadi yang dimaksud  Yeshoo Mshikha menyembah Alaha di dalam roh dan kebenaran, hanyalah roh manusia yang telah disucikan oleh darah-Nya dan yang telah dibaharui oleh Roh Kudus, sedangkan roh manusia yang tidak percaya tidaklah mungkin dapat menyembah Alaha yang benar, sebab roh mereka sesungguhnya telah mati (dalam arti putus hubugan dengan sang Pencipta) oleh karena dosa–dosa mereka sendiri.

Itulah ajaran dan perintah Moran Yeshoo Mshikha yang patut dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan segenap hati, segenap kekuatan, dan dengan segenap akal budi, serta dengan segenap ketulusan yang didasarkan atas cinta kasih, bukan karena paksaan. Hal inilah yang pertama dan terutama perlu disadari dan diyakini.

Hal yang kedua, Kanisah  Orthodoks Syria sebagai Kanisah yang didirikan oleh Yeshoo Mshikha sendiri dengan para RasulNya khusunya Rasul Kepha(Petrus), dari sejak awalnya sebagai Kanisah dan sebagai pewaris langsung semua ajaran, Tradisi dan Cultur  Yeshoo Mshikha dan para Rasul sampai kini apabila mereka beribadah (sholat) mereka mengahadapkan wajah kearah Kiblat yaitu kearah timur sebagai simbol penyatuan umat dan penyatuan hati (roh) umat untuk memuji dan menyembah Alaha yang Roh yang berada di surga itu sekaligus sebagai manifestasi dan pengharapan umat akan kedatangan Yeshoo Mshikha.

Arah kiblat sebagi simbol – sekali lagi,simbol – ke Timur sebagai penyatuan umat dan penyatuan hati (roh) umat untuk menyembah Alaha yang Roh itu sekaligus sebagai manifestasi dan pengharapan ummat akan kedatangan Yeshoo Mshikha, dilatar belakangi Ka'bah Alaha (Bait Alaha) di Yerusalem yang telah digenapi oleh Yeshoo Mshikha ketika Dia mengatakan:
“Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali. Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: Empat puluh enam tahun orang mendirikan Ka'bah Alaha ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkan Nya Ka'bah Alaha yaitu TubuhNya sendiri” (Yohanes 2: 19 - 21).                                                                                        Dengan demikian Yeshoo Mshikha adalah Ka’bah Allah yang hidup, sehingga berkiblat yang benar adalah menghadapkan wajah umat kepada Dia sebagai kiblat yang hidup dan benar itu. Akan tetapi persoalannya sekarang dimana saaat ini Moran Yeshoo Mshikha berada, sebagai Ka’bah Allah yang hidup yang kepada Dia kita menghadapkan dan mengarahkan wajah serta hati kita ? Tentu setiap umat Masihiyan (Kristen) pastilah mengatakan bahwa Dia telah berada di Surga (Flp 3:20), sehingga kiblat tidaklah menghadapkan dan mengarahkan wajah dan hati ke arah tempat tertentu, kecuali ke tempat Surga dimana Moran Yeshoo Mshikha sebagai Ka’bah Allah yang hidup itu berada,
Kalau demikian sekarang timbul pertanyaan, dimanakah Surga itu berada ? Surga bukanlah suatu ruang atau dimensi seperti yang dimengerti dan dirasakan atau dialami umumnya manusia saat ini. Surga itu adalah suatu suasana suka cita, damai sejahtera, karena Alaha bersemayam  dan hadirat Alaha ada dalam tempat suasana tersebut. Karena itu untuk mengungkapkan dan membuat simbol Kiblat, yaitu Ka’bah Alaha yang hidup yang telah berada di Sorga itu , Tradisi Rasuliah Tertulis,Al-Kitab menyatakan bahwa Eden sebagai simbol Sorga tersebut berada di sebelah Timur (Kejadian 2: 8). Oleh sebab itu Kristen Orthodox Syria yang mewarisi semua kekayaan iman umat Masihiyan ( Kristen ) itu sampai saat ini melakukan sholat dengan berkiblat ke arah Timur sebagai simbol Kiblat Ka’bah Allah yang hidup yang telah ada di Surga itu.

Kemudian lain dari pada itu Moran Yeshoo Mshikha dinyatakan akan datang kembali bagaikan kilat yang memancar dari sebelah Timur dan melontarkan cahayanya sampai ke Barat (Mat 22:47). Maka untuk menyatakan dan menggambarkan kesiapan umat menyongsong dan sebagai manifestasi pengharapan umat akan kedatangan Moran Yeshoo Mshikha yang datang kembali bagaikan kilat yang memancar dari Timur itu, Kristen Orthodoks Syria sampai kini melesetarikan ibadah sholat dengan megarahkan atau menghadapkan wajah mereka ke Timur sebagai simbol.

Kiblat  ke arah Timur itu hanyalah merupakan sebagai simbol untuk penyatuan umat dan penyatuan hati (roh) umat untuk menyembah Dia dalam roh dan kebenaran ke arah Kiblat yang ada di Sorga tersebut, sekaligus manifestasi dari pengharapan umat.akan kedatangan Moran Yeshoo Mshikha untuk menjemput dan mengubah tubuh umat percaya itu. Dan bukti bahwa itu benar-benar hanya merupakan simbol yang bermakna , maka umat Masihiyan (Kristen) tidak mempunyai keyakinan bahwa bertamu dengan Alaha adalah di suatu  tempat tertentu,seperti misalnya, di Yerusalem ataupun di Baitlehem atau ditempat lainnya.

Ini perlu ditegaskan sebab sudah banyak orang Masihiyan (Kristen) akhir-akhir ini bahwa bertamu, beribadah dan berdoa di tempat tertentu, seperti di Korea atau di bukit doanya Paul Yonggi Choo, segala doa dan permohonannya dikabulkan. Ini tidak benar, sebab itu, bersyukurlah kepada Alaha bahwa umatNya tidak diperintahkan utnuk bertamu dengan Dia dan berdoa kepada Dia hanya di suatu tempat tertentu,  umpanya seperti di Yeruslem atau di Betlehem. Bila tidak itu menjadi suatu tragedi sebab itu berarti pastilah hanya orang yg mampu saja yg bersuka cita, yakni orang kaya yg dapat bertamu dengan Dia di Yerusalem atau di Betlehem, sementara yg tidak mampu, yakni orang miskin hanyalah dapat gigit jari karena tidak dapat bertamu dengan Dia. Bahkan orang miskin yg lahir dan besar serta tinggal jauh dari Yerusalem atau Betlehem akan hanya meratapi kemskinannya karena tidak ada yg dapat dijual untuk transportnya ke Yerusalem atau ke Betlehem, akan tetapi bersuka-citalah orang miskin yg tinggal yg dekat atau sekitar Yerusalem atau Betlehem tersebut karena mereka bisa bertamu dengan Alaha  hanya dengan jalan kaki dan tidak membutuhkan transport, sekalipun jauh lebih miskin dari orang yg tinggal jauh dari kota Yerusalem atau Betlehem.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yesus dikubur dengan dikafani

Do'a Bapa Kami Bahasa Aram