Manusia telah diberikan segala kenikmatan oleh Allah, mulai dari ampunan, kehidupan, kesehatan dan seabreg kenikmatan yang tidak bisa dihitung oleh manusia itu sendiri, bahkan pakar matematika pun tidak mungkin dapat menghitungnya.
Berangkat dari sinilah maka seharusnya manusia itu bersyukur (berterimakasih) kepada Tuhannya dengan cara mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dan inilah yang dinamakan peribadatan.
Dalam masalah peribadatan semua nabi dan rasul telah menyampaikan tata caranya, begitu juga dengan Tuhan Yesus Kristus, beliau juga telah menyampaikan bagaimana seharusnya para pengikutnya beribadah (menyembah). Dalam masalah tata cara penyembahan kepada Allah seperti berikut inilah yang diajarkan Yesus :
Pentahiran/Berwudhu
dengan membasuh tangan dan kaki sebelum melakukan ibadah atau masuk rumah ibadah.
Dalam ajaran Yesus, ketika seseorang hendak beribadah maka hendaknya dia membasuh tangan dan kakinya dengan air, hal ini dijelaskan dalam kitab Perjanjian Lama :
“Musa dan Harun serta anak-anaknya membasuh tangan dan kaki mereka dengan air dari dalamnya. Apabila mereka masuk kedalam kemah pertemuan dan apabila mereka dating mendekat kepada Mezbah itu, maka mereka membasuh kaki dan tangan –seperti apa yang diperintahkan Tuhan kepada Musa” (Keluaran 40:31-32).
Yang dimaksud dengan “kemah pertemuan” adalah tempat bertemu dangan Allah, sebagaimana yang tertulis dalam ayat Keluaran 33:7. Dari ayat di atas bisa dipahami bahwa ajaran Yesus memerintahkan berwudhu sebelum memasuki tempat ibadah. Namun kenyataan yang terjadi sekarang dalam kekristenan di gereja-gereja modern adalah meninggalkan ajaran ini.
Melepas alas kaki sebelum memasuki rumah ibadah.
Yesus mengajarkan sebelum umatnya memasuki tempat ibadah, hendaknya mereka melepaskan alas kaki mereka, sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat di bawah ini:
“Lalu ia berfirman: ‘Janganlah datang dekat-dekat, tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat dimana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus” (Keluaran 3:5)
Dan ayat berikut ini:
“Dan panglima balatentara Tuhan itu berkata kepada Yosua: ‘tinggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus.’ Dan Yosua berbuat demikian” (Mazmur 5:8)
Ayat-ayat ini adalah perintah dalam Alkitab untuk melepaskan alas kaki sebelum memasuki rumah ibadah, hal ini dikarenakan rumah ibadah itu suci. Namun kenyataan yang terjadi di gereja adalah semua orang yang memasuki gereja bebas memakai sepatunya bahkan di musim hujan sekalipun, dan ini jelas sekali menentang ajaran Yesus, padahal mereka mengaku umat Yesus.
Menghadap kiblat.
“Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk kedalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dan takut akan engkau” (Mazmur 5:8)
Ayat agung yang memerintahkan seluruh orang yang beriman kepada Yesus untuk beribadah dan dalam beribadah dia harus menghadap kiblat ke arah timur sebagai gambaran bahwa taman Eden berada di sebelah timur dan yesus datang kedua kalinya juga dari arah timur. Jadi seharusnya jika benar-benar umat kristiani mengikuti ajaran kitab sucinya, mereka harus menghadap kiblat dalam beribadah, dengan itu mereka akan tersatukan arah ibadahnya. Namun yang terjadi sekarang, padahal masih satu daerah.
Fondasi kiblat sebagai simbol yang telah dibicarakan dalam Perjanjian Lama adalah merupakan dasar yang tetap dipertahankan oleh umat Kristen Orthodok Syria dalam ibadahnya, walaupun sesungguhnya menyembah Allah haruslah menyembah dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:21-24), yang bermakna bahwa dimanapun umat berada harus menyembah Dia dengan mata dan hati yang hanya tertuju kepada Dia semata-mata dengan tulus ikhlas dan penuh kasih sesuai dengan kebenaran firman-Nya.
Berbicara menyembah dalam roh dan kebenaran seringkali ditafsirkan kurang tepat oleh banyak hamba-hamba Allah. Sebab itu ada baiknya dijelaskan bahwa roh yang ada pada manusia adalah salah satu yang membedakan manusia dengan binatang yang hanya hidup berdasarkan naluri atau insting.
Melalui roh atau tepatnya oleh roh manusia yang telah disucikan oleh Darah Yesus Kristus dan dibaharui oleh Roh Kudus, orang percaya hidup dan bergantung terus menerus kepada Dia, hidup terus menerus memuji dan menyembah Dia. Dengan kata lain orang percaya hidup dalam berkomunikasi dengan Allah, entah dalam berbentuk pujian, pengagungan, penghormatan, doa, dan penyembahan adalah oleh roh dan tentu saja binatang tidak dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan oleh orang percaya tersebut, karena binatang hidup hanya dengan naluri dan insting. Itulah sebabnya Anjing, misalnya, tidak pernah berdoa : “Ya Allah selamatkanlah aku dari tangan – tangan orang yang mau memakan aku.” Ya binatang tidak mungkin berdoa seperti itu sebab mereka tidak punya roh.
Namun demikian perlu juga ditegaskan bahwa tidak semua manusia yang punya roh dapat dengan benar memuji dan menyembah Allah dengan benar.
Banyak mayat-mayat hidup yang berjalan di muka bumi ini, karena sesungguhnya mereka hanya hidup secara jasmani saja, akan tetapi roh mereka telah mati - putus hubungan dengan sang Khaliq. Sebab itu hanya roh manusia yang telah disucikan oleh Darah Yesus Kristus dan dibaharui oleh Roh Kudus saja yang dapat memuji dan menyembah Allah yang benar. Inilah yang dimaksud menyembah dalam roh dan kebenaran.
Kebenarannya bahwa tidak setiap orang dapat menyembah Allah dalam roh, mekainkan hanya roh setiap orang yang telah disucikan oleh Darah Yesus Kristus dan dibaharui oleh Roh Kudus saja yg dapat menyembah Allah dengan benar. Jadi sekali lagi, yang dimaksud oleh Yesus Kristus menyembah Allah di dalam roh dan kebenaran, adalah hanya roh manusia yang telah disucikan oleh darah-Nya dan yang telah dibaharui oleh Roh Kudus, sedangkan roh manusia yang tidak percaya tidaklah mungkin dapat menyembah Allah yang benar, sebab roh mereka sesungguhnya telah mati (mati dalam makna putus hubungan dengan sang Pencipta) oleh karena dosa–dosa mereka sendiri.
Itulah ajaran dan perintah Tuhan Yesus Kristus yang patut dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan segenap hati, segenap kekuatan, dan dengan segenap akal budi, serta dengan segenap ketulusan yang didasarkan atas cinta kasih, bukan karena paksaan. Hal inilah yang pertama dan terutama perlu disadari dan diyakini.
Hal yang kedua, Kanisah Syria Orthodoks sebagai Kanisah yang didirikan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri di atas fondasi para Nabi dan para RasulNya sebagai Batu Karang, dan di atas fondasi Pengakuan para Rasul bahwa Yesus adalah Mshikha (Mesias) sebagai Batu Penjuru (Matius 16: 16 - 19, Efesus 2: 19 - 22), dari sejak awalnya sebagai Kanisah dan sebagai pewaris langsung semua Ajaran, Tradisi dan Cultur Yesus Kristus dan para Rasul sampai kini apabila mereka beribadah (sholat), mereka mengahadap ke arah Kiblat yaitu ke arah Timur sebagai simbol penyatuan umat dan penyatuan hati (roh) umat untuk memuji dan menyembah Allah yang adalah Roh yang berada di Surga itu sekaligus sebagai manifestasi dan pengharapan umat akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus. dilatar belakangi Ka'bah Allah (Bait Allah) di Yerusalem yang telah digenapi oleh Yesus Kristus ketika Dia mengatakan:
“Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali. Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: Empat puluh enam tahun orang mendirikan Ka'bah Alaha ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkanNya Ka'bah Alaha adalah TubuhNya sendiri” (Yohanes 2: 19 - 21).
Dengan demikian Yesus Kristus adalah Ka’bah Allah yang hidup, sehingga berkiblat yang benar adalah menghadapkan wajah umat kepada Dia sebagai Kiblat yang hidup dan benar itu. Akan tetapi persoalannya sekarang dimana saat ini Tuhan Yesus Kristus berada, sebagai Ka’bah Allah yang hidup yang kepada Dia kita menghadapkan dan mengarahkan wajah serta hati kita ? Tentu setiap umat Kristen pastilah mengatakan bahwa Dia telah berada di Surga (Flp 3:20), sehingga Kiblat tidaklah menghadapkan dan mengarahkan wajah dan hati ke arah tempat tertentu, kecuali ke tempat Surga dimana Tuhan Yesus Kristus sebagai Ka’bah Allah yang hidup itu berada. Sebab itu,
sekarang timbul pertanyaan, dimanakah Surga itu berada ? Surga bukanlah suatu ruang atau dimensi seperti yang dimengerti dan dirasakan atau dialami umumnya manusia saat ini. Surga itu adalah suatu suasana suka cita, damai sejahtera, karena Allah bersemayam dan hadirat Allah ada dalam tempat suasana tersebut. Karena itu untuk mengungkapkan dan membuat simbol Kiblat, yaitu Ka’bah Allah yang hidup yang telah berada di Surga itu, Tradisi Rasuliah atau Paradosis Tertulis, al-Kitab menyatakan bahwa Eden sebagai simbol Surga tersebut berada di sebelah Timur (Kejadian 2: 8).
Oleh sebab itu Kanisah Orthodok Syria yang mewarisi semua kekayaan iman umat Kristen itu sampai saat ini melakukan sholat dengan berkiblat ke arah Timur sebagai simbol Kiblat Ka’bah Allah yang hidup yang telah ada di Surga itu.
Kemudian lain dari pada itu Tuhan Yesus Kristus dinyatakan akan datang kembali bagaikan kilat yang memancar dari sebelah Timur dan melontarkan cahayanya sampai ke Barat (Mat 22:47). Maka untuk menyatakan dan menggambarkan kesiapan umat menyongsong dan sebagai manifestasi pengharapan umat akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang datang kembali bagaikan kilat yang memancar dari Timur itu, umat Kristen Orthodok Syria sampai kini melesetarikan ibadah sholat dengan megarah atau menghadap ke Timur sebagai simbol.
Kiblat ke arah Timur itu hanyalah merupakan sebagai simbol untuk penyatuan umat dan penyatuan hati (roh) umat untuk menyembah Dia dalam roh dan kebenaran ke arah Kiblat yang ada di Sorga tersebut, sekaligus manifestasi dari pengharapan umat akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus untuk menjemput dan mengubah tubuh umat percaya itu. Dan bukti bahwa itu benar-benar hanya merupakan simbol yang bermakna, maka umat Kristen tidak mempunyai keyakinan bahwa bertamu dengan Allah adalah di suatu tempat tertentu, seperti misalnya, di Yerusalem ataupun di Baitlehem atau ditempat lainnya.
Ini perlu ditegaskan sebab sudah banyak orang Kristen akhir-akhir ini bertamu, beribadah dan berdoa di tempat tertentu, seperti di Korea atau di bukit doanya Paul Yonggi Choo, segala doa dan permohonannya dikabulkan. Ini tidak benar, sebab itu, bersyukurlah kepada Allah bahwa umatNya tidak diperintahkan untuk bertamu dengan Dia dan berdoa kepada Dia hanya di suatu tempat tertentu, seperti di Yeruslem atau di Baitlehem. Bila tidak itu menjadi suatu tragedi sebab itu berarti pastilah hanya orang yang mampu saja yang bersuka cita, yakni orang kaya yg dapat bertamu dengan Dia di Yerusalem atau di Baitlehem, sementara yang tidak mampu, yakni orang miskin hanyalah gigit jari karena tidak dapat bertamu dengan Dia. Bahkan orang miskin yang lahir dan besar serta tinggal jauh dari Yerusalem atau Baitlehem akan hanya meratapi kemiskinannya karena tidak ada yg dapat dijual untuk transportnya ke Yerusalem atau ke Baitlehem, akan tetapi bersuka-citalah orang miskin yang tinggal dekat atau sekitar Yerusalem atau Baitlehem tersebut karena mereka bisa bertamu dengan Allah hanya dengan jalan kaki dan tidak membutuhkan transport, sekalipun jauh lebih miskin dari orang yang tinggal jauh dari kota Yerusalem atau Betlehem tersebut.
Rukuk dan bersujud kepada Allah.
“Masukklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita” (Mazmur 95:6)
“Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan Tuhan kepala mereka” (Bilangan 20:6)
“Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya : ‘dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau, engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa” (Kejadian 17:3-4)
“Maka Yesus maju sedikit, lalu sujud dan berdoa” (Matius 26:39)
Ayat-ayat ini adalah ayat yang mengajarkan bagaimana seharusnya seorang hamba beribadah. Dalam beribadah seharusnya mereka yang mengaku mencintai Yesus beribadah dengan cara yang diajarkan Yesus, rukuk, sujud dan yang lain. Namun yang dapat kita saksikan saat ini adalah, cara-cara itu sudah ditinggalkan oleh umat kristiani. Bahkan dalam ibadahnya mereka hanya duduk dikursi, berdiri, bernyanyi dengan iringan music bahkan dalam beberapa kasus sampai menari, lantas ini ajaran siapa?.
Ketika ditilik ulang, umat Kristen Orthodok Syria yang masih mempertahankan dan memperaktekan ajaran Yesus yakni beribadah dengan cara rukuk, bersujud dan disertai rasa khusyuk.
Berdoa dengan menengadahkan tangan.
“Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menengadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan” (1 Timotius 2:8)
Dalam ayat-ayat di atas, dengan perintah-perintah tersebut, maka bisa kita dapati bahwa yang paling mempertahankan dan mempraktekkan ajaran di atas adalah umat Kristen Orthodok Syria.
Hal ini dikarenakan untuk melanjutkan misi yang dibawa oleh para nabi dan para rasul, dan adalah ajaran yang sama dan satu misi, dengan cara-cara yang berkenan bagi Allah, bukan dengan cara-cara adopsi dari kebiasaan manusia.
Komentar
Posting Komentar