Paralelisasi Bunda Maria dan Muhammad
Paralelisasi Bunda Maria dan Muhammad :
Pentingnya Jembatan Maryamiah
dalam Dialog
Mengapa peranan Maria dalam Qur'an begitu penting sementara dari pihak gereja, khususnya di kalangan Protestan, tema tentang Maria kurang mendapat perhatian khusus ? Menurut Sayyed Hosein Nassr, keperawanan Maria dalam Alkitab paralel nilainya dengan kebutahurufanMuhammad dlam misteri pewahyuan. Keduanya sama-sama mendapat penghargaan salawat. Ummat Islam memberi salam, 'Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiy' (Salam bagimu, wahai Nabi), demikianpula salam sepanjang abad bagi Bunda Maria berdasarkan Lukas 1: 28 dan 42, "Assalamu 'alaiki, ya Maryam al-Adzra'i, al-mumtali'atan ni'mati, Ar-Rabbu ma'aki, Mubarakati anti fin nisaa'i wa mubarakat tsamaratu bathniki 'Isa (Salambagimu, ya Maryam Sang Perawan, yang penuh kasih karunia, Tuhan besertamu, Terpujilah engkau di antara segala wanita. Terpujilah buah rahimmu, Yesus). Karena keduanya berperan penting dalam misteri pewahyuan Ilahi, maka ada teolog tertentu yang mengusulkan jembatan Marial dalam dialog Kristen-Islam. Tentu, maksudnya bukan untuk mengkultuskan individu Maria atau Muhammad, tetapi untuk lebih mendalami misteri pewahyuan yang disampakan kepada keduanya.
Berbeda dengan budaya di Barat, teologia Kristen Timur Tengah sangat menekankan soal keperawanan Maria, sebab kesucian dan keperawanannya menentukan nilai keilahian Kristus. Tanpa itu, Kristus hanyalah manusia biasa, anak Yusuf dan Maria atau bahkan membuka kritik serta pelecehan seperti kisah dalam Toledot Yeshu versi Yahudi. Sebagai apresiasi atas kesucian, peranan dan keteladanan Maria Bunda Yesus, umat Kristen Timur Tengah melakukan ritual puasa selama 15 hari di bulan Agustus.
[23] Rev. Nico Geagea, Mary of the Quran: A Meeting Point Between Christianity and Islam (New York: Philosophical Library, 1984).
Komentar
Posting Komentar